Find Us On Social Media :

Perjanjian Giyanti, Perebutan Kekuasaan Kerajaan Mataram yang Melahirkan Kesultanan Yogyakarta

By Ade Sulaeman, Rabu, 21 Februari 2018 | 11:00 WIB

Sebab langsung daripada pecahnya perang itu ialah sakit hati Pangeran Mangkubumi terhadap sikap susuhunan maupun sikap daripada Gubernur Jenderal Belanda van Imhoff.

Terhadap susuhunan Paku Buwono II, Mangkubumi sakit hati karena susuhunan tidak menepati janjinya.  Seperti telah disebutkan, ada beberapa pangeran yang berontak, diantaranya yang terpenting adalah Raden Mas Said, yang kemudian akan menjadi Mangkunagoro I.

Susuhunan berjanji akan memberikan daerah Sokowati kepada barangsiapa yang dapat menyingkirkan R.M. Said dari daerah itu. Pangeran Mangkubwni ternyata berhasil melakukanya, akan tetapi ternyata ia tidak diberi daerah Sokowati.

Baginya tidak dapat diterima, bahwa seorang raja mengingkari janji.

Sakit hati terhadap Gubernur Jenderal van Imhoff timbul, karena van Imhoff di depan umum pernah memberi peringatan kepada Mangkubumi mengenai sikapnya yang dianggap tidak mendukung susuhunan.

Rupa-rupanya Pangeran Mangkubumi merasa "kehilangan muka" karena peringatan yang dilemparkan di depan umum ita. Dan karena dua sebab itu pada tanggal 19 Mei 1746.

Pangeran meninggalkah kraton untuk memulai perlawanan yang kemudian berkembang menjadi Perang Pembagian Negara.

Jalannya perang

Jalannya Perang Pembagian Negara dapat kita bagi atas tiga fase. Fase awal berlangsung antara 1746-1749, fase tengah antara 1749-1752, dan fase akhir antara tahun 1752-1755.

Baik bagi Mangkubumi, maupun bagi Kompeni, fase pertama merupakan fase konsolidasi. Kedua belah pihak pada waktu itu seolah-olah saling mengukur kekuatan serta menambah dan meningkatkan pasukan masing-masing.

Namun, dalam fase pertama itu reputasi Mangkubumi sebagai seorang panglima perang telah dapat terbina dengan teguh. Dalam tahun 1746 ia berhasil memperoleh kemenangan dalam  pertempuran besar di Demak, pada tahun 1747, ia membinasakan sepasukan Kompeni di Grobogan dan pada tahun 1748 merebut dan menduduki Juwana untuk beberapa lamanya.

Dalam pelaksanaan Perang Pembagian Negara, perlu disebutkan kerja sama dan persekutuan antara Pangeran Mangkubumi dengan R.M Said. Hubungan antara keduanya mula-mula sangat baik, sedemikian rupa sehingga Said diambil sebagai menantu oleh Mangkubumi.