Find Us On Social Media :

Kisah Haru, Ketika Ibu dan Ayah Dijemput Terlalu Dini

By Moh Habib Asyhad, Senin, 12 Februari 2018 | 22:00 WIB

Hanya terkadang, sebagai istri seorang pegawai negeri, ia berorganisasi dengan para istri pegawai lainnya.

Ayah yang sudah bekerja lama sekali pada sebuah bank pemerintah, mempunyai kedudukan yang lumayan. Kami tidak pernah hidup dalam kemewahan, karena ayah tidak mau dan beliau tidak ingin kami menjadi sombong dan manja.

Beliau kerap berkata, "Jangan melihat ke atas saja, tetapi lihat juga yang di bawah. Masih banyak orang yang lebih menderita dari kita."

Dan beliau selalu menekankan bahwa tugas kami hanya belajar, sekolah yang tinggi, sehingga kami akan mempunyai cukup bekal untuk hidup sendiri di hari nanti.

Masih terngiang di telinga saya ucapannya: "Mumpung ayah masih sanggup membiayai sekolah, belajarlah sunguh-sungguh. Saya tidak akan meninggalkan warisan  yang berlimpah-limpah. Tetapi dengan bekal ilmu yang kalian dapat, kalian akan bisa menantang hidup yang keras ini.”

Kami menuruti nasihatnya, dan memang suasana belajar selalu tercipta di rumah kami. Masing-masing  dari kami mempunyai cita-cita yang berbeda-beda.

Ayah dan ibu tidak pernah memaksakan kehendaknya, bahwa kami harus jadi ini dan itu. Setiap pilihan kami selalu direstuinya, asalkan kami sungguh-sungguh menekuninya.

Ketika itu, banyak di antara kami yang bercita-cita menjadi dokter, karena kami beranggapan akan dapat  menyembuhkan ibu yang tercinta.

Rumah menjadi sepi

Demikianlah waktu terus berjalan dan kebahagiaan tetap melingkupi keluarga kami. Sementara itu kesehatan ibu semakin memburuk. Berbagai cara pengobatan sudah dilakukan, dari yang bersifat ilmiah sampai ke mistik.

Kami hanya menginginkan kesembuhan ibu. Ayahpun berusaha agar ibu bisa dioperasi di luar negeri, walaupun harapan untuk hidup hanya 40%. Tetapi karena jantungnya yang semakin lemah, tidak mungkin baginya untuk naik pesawat terbang.

Kami semua hanya dapat berdoa agar  beliau diberi kesempatan hidup yang lebih panjang lagi. Tetapi manusia hanya bisa berharap.  Tahun 1973, hanya beberapa hari di rumah sakit, ibu kami menghadap Tuhan YME.