Find Us On Social Media :

Bintang Sakti, Penghargaan Tertinggi Bagi Mereka yang Telah Mengabdi Secara Luar Biasa Bagi Negara

By Ade Sulaeman, Selasa, 2 Januari 2018 | 14:30 WIB

Intisari-Online.com - Di Indonesia dikenal ada penghargaan tertinggi Bintang Sakti bagi tentara dan warga negara yang telah melakukan pengabdian luar biasa, ikhlas, dan habis-habisan bagi negara.

Demikian berat dan susahnya untuk mendapatkan medali Bintang Sakti, kadang untuk memperoleh penghargaan paling elit merupakan hal yang mustahil.

Tapi jika seorang tentara atau warga biasa bisa mendapatkan Bintang Sakti, para petinggi negara meskipun jabatan atau pangkatnya lebih akan menghormatinya.

Seorang tentara berpangkat jenderal bahkan akan memberikan hormat kepada prajurit biasa yang menjadi luar biasa karena berhasil menyandang medali Bintang Sakti.

(Baca juga: Berkali-kali Terhindar dari Maut, Namun Justru oleh Kumanlah Nyawa Jenderal Soedirman Terenggut)

Penghargaan medali berupa Bintang Sakti yang lebih dikenal dengan sebutan Maha Wira Ibu Pertiwi memang merupakan bintang tertinggi.

Penghargaan ini dianugrahkan bagi anggota angkatan perang yang menunjukkan keberanian dan ketebalan tekad melampaui dan melebihi panggilan dalam menjalankan tugas militer.

Pengorbanan jiwa adalah keikhlasan di dalam maupun di luar tugas pertempuran tanpa merugikan tugas pokok.

Kriteria ini juga berlaku buat warga negara RI, dengan demikian ada beberapa warga negara yang juga menerima Bintang Sakti misal Herlina si Pending Emas.

Herlina dikenal sebagai tokoh perempuan pejuang Operasi Trikora yang bergerak di bidang komunikasi dan intelijen.

Pada monumen Trikora di jalan masuk Mabes TNI Cilangkap, diabadikan nama-nama prajurit yang gugur dalam operasi Trikora.

Prajurit AURI merupakan penerima Bintang Sakti terbanyak (130 orang) dengan korban tewas/hilang 418 orang.

Jika dibandingkan saat Operasi Seroja yang berlangsung selama 25 tahun jumlah prajurit TNI AU yang gugur lebih sedikit.

(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)

Prajurit TNI AU yang gugur sebanyak 26 orang, sebagian besar karena kecelakaan lalu lintas, tanpa ada satu pun penerima anugrah Bintang Sakti.

Bintang Sakti dapat diterimakan lebih dari satu kali untuk kegiatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan tugas sebelumnya seperti tercantum dalam persyaratan yang tertuang pada UU Negara RI nomor-65 tahun 1958.

Tercatat penerima Bintang Sakti pertama adalah Jenderal Gatot Subroto yang dikenal dengan ucapannya “Jangan sampai disebut sebagai penghianat bangsa”,

Jenderal Gatot Subroto mendapat Bintang Sakti berdasar Keppres No: 159/1959 tertanggal 23 Juli 1959, satu tahun setelah diberlakukan undang-undang nomor-65.

Bintang Sakti juga dapat dianugrahkan secara anumerta seperti yang dialami oleh Yosaphat (Yos) Soedarso berdasar Keppres No: 466/M-AL/1962 tertanggal 31 Oktober 1962.

Yosaphat gugur pada tanggal 15 Januari 1962 saat peristiwa Aru, selain Bintang Sakti ia juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional dan dinaikkan pangkatnya menjadi Laksamana Muda Anumerta di tahun 1973.

(Baca juga: Aidit ketika Diwawancarai Intisari pada Maret 1964: ‘Puncak Perjuangan Politik Saya adalah Proklamasi Kemerdekaan, Entah Nanti...’)