Find Us On Social Media :

Mantan Intelijen Inggris Ini Mengungkapkan Bagaimana Intriknya Menjadi Mata-mata

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 24 Desember 2017 | 18:30 WIB

Intisari-Online.com – Mengintip sesuatu yang dilarang selalu mengasyikkan.

Pemerintah Inggris getol melarang tulisan Peter Wright itu, juga di Hong Kong dan Australia.

Namun, di London kita bisa mendengarkan orang membacakan kutipan-kutipan dari buku tersebut di Hyde Park.

Padahal buku itu beredar bebas di Amerika.

Peter Wright ialah bekas asisten direktur MI5, dinas rahasia Inggris.

(Baca juga: Yuri Andropov, Pemimpin KGB yang Gagal Menuklir AS Gara-gara Baling-baling Rusak)

(Baca juga: KGB, Dinas Rahasia Rusia Sekaligus Kawah Candradimuka Vladimir Putin yang Lebih Kejam dari CIA)

Ia juga bekas pembantu dan pengembang alat spionase dan kontra spionase badan itu. Ini sebagian kecil dari isi buku tersebut.

Saya pernah kebagian tugas menyadap kamar yang ditempati PM Sovyet Nikita Khrushchev di Claridge's Hotel, London.

Waktu itu saya belum lama bergabung dengan Dinas Rahasia Inggris, MI5. Khrushchev sedang berkunjung ke London untuk memperbaiki hubungan Inggris — Rusia yang sedang rawan.

Khrushchev pesolek

Sebetulnya sistem telepon di Claridge's sudah dipasangi alat penyadap permanen oleh MI5.

Maklumlah hotel itu tempat menginap orang-orang penting, yang banyak diminati oleh MI5.

Karena kami tahu Rusia akan mengirimkan para ahli pencari alat penyadap, kami pasang alat penyadap baru di telepon, yang praktis tidak bisa dideteksi.

Alat itu bisa diaktifkan dari jarak dekat dengan gelombang pendek berfrekuensi tinggi.

Alat pengaktifnya kami pasang di sebuah kantor di Grosvenor Estates, dekat hotel.

Alat itu ternyata berjalan dengan baik sekali. Kami pun memasang kuping terus-menerus, menunggu 'mutiara' jatuh dari mulut Khrushchev.

Ia memang mengoceh, tetapi sayangnya bukan tentang hari-hari terakhir Stalin atau nasib pentolan KGB, Beria.

Ia terlalu cerdik untuk membicarakan hal penting di kamar hotel.

(Baca juga: Gara-Gara Taktik Akal Bulus Suriah dan Operasi Intelijen Hizbullah, Militer Israel yang Hebat pun Kalah)

(Baca juga: Meski Sama-sama Badan Intelijen AS, Nyatanya CIA Bisa Lebih Brutal dan Menghalalkan Segala Cara Dibanding FBI)

Khrushchev dan pelayan pribadinya cuma berbicara soal pakaian. PM Uni Sovyet itu ternyata sangat pesolek.

Berjam-jam ia berdiri di muka kaca mematut-matut dirinya. Dalam hal ini ia betul-betul setanding dengan PM kami waktu itu, Anthony Eden.

Mereka berdua orang-orang yang cuma memikirkan bagaimana bisa tampil secara mengesankan di pentas dunia.

Kuncinya ada di bawah keset

Suatu kali Dinas Rahasia Inggris, MI5, mendapat bisikan bahwa daftar anggota rahasia Partai Komunis Inggris (Communist Party of Great Britain/CPGB) tersimpan di sebuah flat di Mayfair, London.

Penghuni flat itu orang kaya dan ia juga anggota parlemen.

Pertengahan tahun 50-an itu para anggota rahasia CPGB memang sudah menyusup ke segala lapisan.

Mereka ada di Partai Buruh, di serikat-serikat buruh, dalam lembaga-lembaga pemerintah.

Flat itu lantas diamat-amati dengan cermat, teleponnya disadap dan surat-surat untuk penghuninya diam-diam diperiksa.

Hugh Winterbom dan saya ditugasi untuk memperoleh salinan daftar itu.

Suatu hari istri anggota parlemen itu kedengaran menelepon suaminya yang sedang berada di kantor.

Katanya, ia akan keluar rumah kira-kira sejam. Kunci flat ia taruh di bawah keset.

Dua puluh menit kemudian kami sudah berada di muka pintu flat itu untuk mencetak kunci dengan plastisin, supaya kami bisa membuat kunci palsu.

Kemudian kami ketahui bahwa suami-istri itu bermaksud berakhir minggu di Lake District.

Segera kami buat rencana memasuki flat itu. Sebuah mesin mikro film disiapkan di markas kami di Leconfield House.

Ketika pasangan itu pergi berlibur, Hugh mengirim satu tim untuk mengamati mereka.

Tim itu  harus memberi tahu bila pasangan itu pulang lebih awal daripada rencana. Sementara itu di London suatu tim dari MI5 memasuki flat dengan kunci palsu.

Lemari tempat berkas-berkas disimpan berhasil dibuka dan isi setiap laci dipotret dengan  kamera Polaroid.

(Baca juga: Lembaga Intelijen di Indonesia: Sejarah, Hubungan dengan CIA, dan Perang Ideologi Komunis)

(Baca juga: Tak Hanya Lindungi Negara, Badan Intelijen Britania Raya Juga Lindungi Naskah Harry Potter Terbaru)

Setiap berkas dikeluarkan dengan hati-hati dan dibuat indeksnya supaya bisa dikembalikan lagi ke tempat semula.

Seluruh berkas kemudian dibawa dengan mobil ke Leconfield House untuk dibuat mikrofilmnya secara berurutan. Selama akhir minggu itu kami bisa mengkopi 55 ribu daftar.

Perolehan itu tidak ternilai harganya, sebab yang diperoleh bukan cuma sekadar daftar anggota, latar belakang mereka, alasan yang menyebabkan mereka masuk partai, jasanya bagi partai dan orang-orang yang biasa berhubungan dengan mereka, tetapi juga daftar anggota rahasia CPGB di dalam Partai Buruh dan tempat-tempat lain.

Materi yang diperoleh di flat ity masih banyak gunanya sampai tahun 70-an.

Menyadap konsulat Sovyet

M15 pernah melakukan penyadapan besar-besaran di Lancaster House yang pada tahun 50-an dan 60-an dijadikan tempat konferensi delegasi Dunia Ketiga.

Namun, tugas utama kami sebetulnya menghadapi Uni Sovyet dan sekutu-sekutunya.

Kesempatan untuk menyadap Konsulat Sovyet di Bayswater Road tiba ketika gedung di sebelahnya diperbaiki. Orang-orang kami menyamar sebagai dekorator, untuk memasang mikrofon model baru.

Mikrofon itu besar, sangat peka, dan ditanam di dinding, ± 45 cm dari permukaan dinding ruang yang akan kami sadap.

Jarak 42,5 cm dari mikrofon ke permukaan dinding ruang sebelah dibor, lubangnya bergaris tengah ±0,5 cm.

Dinding  setebal 2,5 cm lagi dibor dengan bor sebesar jarum. Pokoknya, lubang yang muncul di ruang sasaran tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Apalagi letaknya tersembunyi di balik sambungan kayu hiasan, ±3 m dari lantai.

Mikrofon dalam dinding lantas dihubungkan dengan kabel ke markas kami di tingkat tujuh Leconfield House. Di sini digunakan amplifier supaya suara bisa kedengaran.

Operation Choir itu berjalan baik, tetapi enam bulan kemudian mikrofonnya bungkam. Saat itu MI5 memiliki agen yang bekerja sebagai tukang tidak tetap di konsulat.

Namanya Nutkin, tetapi ia dijuluki si Bajing.

Kata si Bajing, ruang sasaran kami baru saja dicat. Apakah lapisan cat membuntukan lubang di dinding?

Mengingat lubang itu ada di balik sambungan kayu, rasanya tidak mungkin ia kena sapuan cat.

Disuntik

Kami ingin memeriksa, tetapi gedung di sebelah konsulat kini sudah menjadi kantor yang ramai.

Kami tahu orang-orang Rusia pun sering keluar-masuk tempat itu untuk memeriksa keamanan. Jadi kami harus datang malam-malam dengan diam-diam.

Untuk bekerja di ketinggian 3 m kami memerlukan tangga, selain itu juga plester semen dan cat.

Tangganya harus bisa dibongkar pasang, sedangkan plester dan catnya harus cepat kering.

Bahan-bahan itu dikembangkan di Stasiun Riset Gedung, khusus untuk MI5. Supaya tidak mencurigakan, barang itu diangkut ke kantor kami sedikit demi sedikit.

Seminggu setelah peralatan kerja kami lengkap, bersama seorang rekan ahli kunci palsu bernama Jagger, saya naik taksi ke Bayswater Road. Kami berhenti jauh dari konsulat.

Malam musim dingin itu gelap, tetapi banyak orang yang baru pulang bekerja dari kota lain.

Kami berjalan di antara orangorang itu ke gedung di sebelah konsulat dan masuk dengan mempergunakan kunci palsu.

Di dalam kami membongkar tas attache kami yang berisi peralatan kerja dan sebuah pesawat penerima.

Rekan-rekan kami di seberang gedung akan memberi tahu lewat alat itu kalau ada kegiatan di gedung konsulat.

MI5 selalu mencatat tempat mereka memasang mikrofon dan juga sejarah operasi serta  spesifikasinya dengan cermat.

Dengan bantuan catatan itu kami membongkar tembok hati-hati.

Setiap  bongkahan tidak boleh jatuh ke lantai, tetapi ditampung di kantung untuk dibuang kemudian.

Setelah bekerja dengan tegang selama sejam, ketemulah mikrofon yang kami cari.

Lubang ke ruang sebelah mampat. Hati-hati kami bor dengan bor sekecil jarum. Tidak boleh ada serpihan yang jatuh ke sebelah.

Setelah beberapa putaran bor, baru kedengaran detak lonceng di sebelah. Lubang yang mampat telah terbuka kembali.

Dari hasil pemeriksaan dengan mikroskop, kami dapati lubang itu bukan buntu oleh lapisan cat, melainkan diinjeksi dengan semen.

Kalau cuma lapisan cat saja mikrofon kami sanggup menembusnya.

Kami membereskan kembali mikrofon dan kabelnya, lalu memlester dinding.

Tiga jam lamanya kami harus menunggu dinding kering sebelum bisa mengecatnya kembali. Selama itu kami cuma bisa duduk-duduk saja sambil merokok.

Anehnya, walaupun mikrofon itu bisa berjalan kembali dengan baik, yang kami dengar cuma  ketak-ketik sebuah mesin ketik.

Tidak pernah lagi ada orang berbicara.

Sebulan kemudian si Bajing mendapat kesempatan menjenguk ruangan itu. Ternyata sudah disekat dengan dinding kedap suara.

Di belakang sekat itu ada ruangan lempat seorang juru ketik bekerja.

Siapa yang membocorkan?

Bulan Juli 1955 Royal Canadian Mounted Police meminta bantuan MI5 untuk menyadap Kedutaan Besar Uni Sovyet di Ottawa.

Kedubes Sovyet baru saja habis dimangsa api dan RCMP ingin memasang alat penyadap pada saat gedung baru dibangun.

Mereka tidak memiliki peralatan baru, sehingga memerlukan bantuan MI5.

Kami menempatkan orang-orang kami sebagai buruh bangunan dan juga mendekati kontraktor untuk mendapat contoh bingkai jendela dan sebagainya.

Dengan susah payah, karena orang-orang Rusia sering mengontrol, kami bisa juga memasang delapan mikrofon di bingkai aluminium jendela ruangan-ruangan yang akan ditempati KGB dan GRU (Dinas Intel Militer).

Mikrofon itu harus dihubungkan dengan kabel ke rumah di sebelah kedutaan.

Kabel itu dikubur pada kedalaman 3 m, dalam terowongan sepanjang ±20 m, yang digali dari rumah sebelah sampai dinding kedutaan.

Mikrofon berjalan dengan baik. Kami bisa mendengar orang-orang GRU merundingkan dengan bebasnya di mana mereka akan menaruh perabot.

Namun, 48 jam kemudian, tiba-tiba saja mereka mengosongkan kantor yang baru ditempati itu. Duta besar Sovyet pulang ke Moskwa.

Masuklah sejumlah pekerja Rusia yang mengeluarkan kembali semua perabot.

Setelah itu selama dua puluh hari berturut-turut kami dengar alat pemeriksa ‘menyapu' ruangan itu dengan saksama.

Mereka tidak menemukan mikrofon kami, tetapi ruangan itu tetap tidak dipakai. Mungkin mereka tahu ada alat penyadap di sana, walaupun tidak berhasil menemukannya.

Delapan tahun kemudian satu tim ahli pencari mikrofon datang ke Ottawa dari Rusia.

Mereka langsung masuk ke ruang yang kami pasangi alat penyadap dan dalam waktu sejam sudah menemukan alat itu beserta kabel-kabelnya.

Setahun kemudian kami diminta menyadap Kedubes Polandia di Ottawa juga. Peralatan berhasil kami tanam dengan selamat di sebuah dinding.

Tahu-tahu dinding itu dirobohkan untuk diganti dengan dinding baru. Menurut orang dalam di kedubes itu, mereka mendapat bisikan untuk membongkar dinding tersebut.

Kami juga membantu Australia memasang penyadap di Kedubes Sovyet di Canberra. Setiap bunyi di ruangan yang kami sadap itu bisa kami dengar, bahkan juga bunyi gemeresik kertas.

Namun, tidak pernah ada perundingan di sana. Siapa yang membocorkan rahasia kami?

Suaminya rnengubur duit di kebun

Menurut keterangan yang kami peroleh dari CIA, Rusia memiliki dua mata-mata yang sangat penting di Inggris. Seorang ada di angkatan laut dan seorang lagi di dinas rahasia! CIA mengetahuinya dari suatu sumber anonim.

Sumber itu menamakan mata-mata di Inggris itu Lambda 1 dan Lambda 2. Tidak banyak diketahui tentang Lambda 2, kecuali bahwa pada tahun 1952 ia bekerja di Warsawa dan diancam untuk menjadi mata-mata setelah ketahuan melakukan kegiatan di pasar gelap.

Bulan Maret 1960 sumber itu memberi tahun CIA bahwa nama Lambda 2 kedengarannya seperti 'Huiton'. Ia bekerja di intel AL.

Setelah kami periksa, ternyata hanya ada satu orang yang cocok dengan gambaran dari sumber itu, yaitu Harry Houghton.

Ia sekarang bekerja di Underwater Weapons Establishment di Portland. Namanya ternyata tercantum di daftar milik MI5.

Ia ada dalam daftar gara-gara beberapa tahun sebelumnya istrinya mengadu kepada pejabat sekuriti di Portland.

Kata si istri, suaminya kabur dengan wanita lain yang bekerja di pangkalan itu. Menurutnya, Houghton itu pergi secara berkala ke London untuk bertemu dengan seorang asing yang tidak ia ketahui identitasnya.

Suaminya juga mempunyai banyak uang, yang ditaruh di kaleng, lalu  dikubur di kebun.

Pengaduan itu disampaikan ke Admiralty Security Division, tetapi pihak Admiralty cuma menanggapi, "Ah, paling-paling juga si istri mengada-ada karena sakit hati."

Namun, keterangan si istri disampaikan juga ke MI5. Cuma saja petugas muda di sana menganggap keterangan itu tidak penting.

MI5 segera melakukan penguntitan. Houghton ternyata datang sekali sebulan bersama pacarnya, Ethel Gee. Bulan Juli 1960 Houghton diketahui menemui seorang pria di Waterloo Bridge, menyerahkan sebuah tas dan menerima amplop.

Pria yang menerima tas itu segera diikuti dan nomor mobilnya dicatat. Ternyata ia seorang Kanada bernama Gordon Arnold Londsdale. Ia menyewakan mesin jukebox (alat pengatur piringan hitam yang dijalankan dengan memasukkan koin).

Ia mempunyai kantor di Wardour Street dan flat di White House. Keduanya segera disadap dan diamati.

Ia hidup sebagai playboy. Maklum wajahnya tampan, sedangkan uangnya banyak. Ia juga sering keluar negeri.

Ketika Houghton dan Gee menemui Lonsdale lagi pada awal Agustus para pengamat bisa duduk di sebelah meja mereka di sebuah cafe.

Kata Lonsdale, ia akan ke AS untuk urusan bisnis, jadi mereka tidak bisa bertemu  pada bulan September.

Bulan Oktober kalau belum muncul juga, ia akan diwakili oleh orang yang mereka kenal.

Menggeratak simpanan di bank

Tanggal 27 Agustus Lonsdale menaruh sebuah kopor dan bungkusan berwarna coklat di Midland Bank di Great Portland Street.

Kami berhasil mendapat izin dari pimpinan tertinggi bank itu untuk memeriksa simpanan Lonsdale.

Tanggal 5 September kopor dan bungkusan dibawa ke laboratorium MI5. Hugh Winterborn dan saya hati-hati memeriksanya.

Kami dapati peralatan lengkap seorang mata-mata sejati. Ada Minox dan Praktina, yaitu kamera mini untuk memotret dokumen.

Dalam Minox itu ada film yang sudah dipakai. Kami mencuci film itu dan mencetaknya, lalu memotret kembali hasil cetakannya, supaya dalam kamera tetap ada filmnya.

Kami menemukan buku petunjuk mengetik, yang tentunya ada hubungannya dengan tulisan rahasia. Ternyata buku itu dipergunakan sebagai karbon untuk tulisan yang tidak kelihatan.

Kami menginmkannya ke bagian riset kami, supaya bisa memperkaya cara-cara baru untuk mendeteksi tulisan rahasia.

Yang paling menarik adalah pemantik rokok merk Ronson yang ketika dipotret dengan sinar X ternyata berisi dua set buku kode mini. Ada juga daftar peta yang dipakai para pengamat kami.

Kode komunikasi radio yang dipakai oleh Lonsdale jelas bukan buatan Polandia seperti yang tadinya kami duga, melainkan buatan Sovyet.

Sayangnya, kami tidak mendapat catatan kapan biasanya Lonsdale dan Moskwa mengadakan hubungan radio.

Kami memutuskan untuk menempati flat di sebelah Lonsdale, supaya bisa mempergunakan pesawat RAFTER untuk mengetahui kapan dan pada frekuensi apa ia biasa mendengarkan pesawat penerimanya.

Menyalin kode dari buku Lonsdale merupakan pekerjaan yang paling sulit, sebab kami harus membuka lembar demi lembar tanpa ia kemudian merasa curiga.

Saya kebetulan tahu Dinas Rahasia Swis pernah menemukan buku bekas kode KGB.

MI5 lantas meminta MI6 untuk meminjam benda itu pada Swis. Barang itu diambil dengan pesawat RAF khusus dan saya harus menjemputnya di bandar udara.

Buku itu mirip dengan buku Lonsdale. Tepi setiap lembar dilapisi dengan lem tipis supaya saling melekat. Kami melepasnya selembar demi selembar, lalu menganalisis lemnya.

Ternyata bukan buatan Barat, tetapi teknisi kantor pos menyatakan bisa membuatnya.

Setiap lembar buku Lonsdale kami potret, lalu dilem lagi supaya melekat seperti semula. Benda-benda itu kemudian kami kembalikan ke tempatnya di bank.

Para istri dikerahkan

Beberapa hari kemudian kami mendapat kabar dari petugas yang menangani pesawat RAFTER bahwa pesawat penerima di kedubes tiba-tiba aktif dua kali pada bulan September.

Alangkah kagetnya saya ketika tahu bahwa kegiatan pesawat itu terjadi tepat pada hari-hari kami menjalankan ooerasi di bank!

Pada saat itu kami mempergunakan para pengamat di luar. Belum pernah terjadi pesawat penerima di Kedubes Rusia itu aktif antara tengah malam sampai pukul 05.00.

Menurut rencana, Lonsdale akan menemui Houghton pada tanggal 1 Oktober.

Kami pikir, kalau ia tak datang, artinya ia tahu rahasianya terbongkar. Dengan harap-harap cemas kami menunggunya.

Ia tak muncul! Namun, 17 Oktober ia kelihatan memasuki kantornya. Ia tampak hidup seperti biasa, kecuali ia tidak tinggal di flat lama.

Di mana ia menginap tak diketahui. Kami berusaha agar ia tak curiga, jadi penguntitan dikendurkan dan penggunaan RAFTER dihentikan. Soalnya, ia intel berpengalaman.

Pengamatnya kami ganti-ganti terus. Pengamat pagi pun lain dari pengamat malam. Terpaksa  para istri dan sukarelawan dikerahkan juga.

Ternyata ia menginap di rumah suami-istri Peter dan Helen Krogers, pasangan Selandia Baru pemilik toko buku kecil di London Barat.

Pertengahan November Lonsdale baru kembali tidur di flatnya. Sebelumnya ia mengambil dulu simpanannya di Midland Bank. Kami pun pindah membawa pesawat RAFTER ke flat di sebelahnya.

Ketika Lonsdale pertama menerima pesan, kami tak bisa memecahkan sandinya. Apakah ia memakai sandi baru?

Kami nekat memasuki flatnya untuk memeriksa pemantik apinya lagi. Buku kodenya ternyata dipakai.

Cuma ternyata ia mempergunakan lebih banyak baris daripada yang diperlukan. Setelah menyadari hal itu, pesannya bisa dibaca jelas.

Ternyata Houghton disebut 'shah' oleh KGB. Lonsdale diberi instruksi tentang bagaimana menangani Houghton, apa yang mesti ditanyakan kepadanya, dokumen apa yang harus diminta.

Lainnya cerita tentang keadaan anak-istrinya di Rusia yang sudah ditinggalkan lima tahun.

Admiralty diberi tahu, tetapi diminta membiarkan Houghton selama tiga bulan supaya kami bisa mendapat lebih banyak informasi.

Dibuang ke WC

Tanggal 14 Januari 1961 CIA memberi daftar bahwa sumber mereka ingin membelot ke AS keesokan harinya. Berarti Houghton, Lonsdale dan mungkin Krogers harus buru-buru ditangkap.

Untungnya Houghton ada janji bersama Lonsdale tanggal 7 Januari dan sepanjang yang kami ketahui, Lonsdale akan menerima pesan radio pagi itu.

Kami akan tahu bila Moskwa memberinya peringatan.

Mengatur penangkapan memerlukan persiapan cermat. Tiga hari lamanya saya hampir tak bisa tidur. Ahli sandi dan sebagainya diikutsertakan.

Jumat malam itu Lonsdale pulang membawa teman wanita. Kami mengikuti kegiatannya di kamar dengan saksama, tetapi sebaiknya tidak diceritakan di sini.

Paginya ia kedengaran membangunkan wanita itu. Setelah temannya pergi, Lonsdale menyetel radio dan menyiapkan catatannya untuk menerima pesan dari Moskwa.

Beberapa menit kemudian ia menyanyi-nyanyi dalam bahasa Rusia di kamar mandi, sebab berita yang diterimanya cuma laporan rutin dan berita keluarga, tak ada peringatan.

Special Branch diminta menyiapkan penangkapan Lonsdale sore itu dan pada saat menerima bungkusan dari Houghton.

Pukul 17.00 telepon kami berdering. "Last Act sudah tamat," begitu kami diberi tahu. Last Act adalah nama sandi untuk Lonsdale. Suami-istri Krogers pun ditahan.

Ny. Krogers sempat membuang isi tasnya ke kloset, tetapi tak keburu menyiramnya sampai hanyut. Ia tak lain dari Lona Cohen. Bersama suaminya, Morris, ia dicari-cari FBI berhubung terlibat spionase nuklir.

Lonsdale lebih misterius. Baru setelah kemudian kami bisa mengenalinya sebagai Konan Trofimovich Molodi, putra seorang ilmuwan terkemuka.

Pejabat KGB itu memakai identitas Gordon Lonsdale, yaitu seorang Kanada asal Finlandia yang sudah lama meninggal. (Spycatchers, the Candid Autobiography of a Senior Intelligent Officer oleh Peter Wright)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1987)