Find Us On Social Media :

Perang Arab-Israel, Perang Berkepanjangan yang Tak akan Berhenti Sebelum Warga Palestina Merdeka

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 10 Desember 2017 | 12:45 WIB

Suatu serangan udara yang secara tidak langsung sangat menguntungkan pasukan Israel.

Serangan dadakan itu dilancarkan militer Israel pada 29 Oktober 1958  melalui taktik serbuan udara (air borne) dan serbuan tank-tank lapis baja.

Dalam pertempuran awal, pertahanan pasukan Mesir di sepanjang Terusan Suez pun mulai terdesak sehingga pasukan Mesir sangat membutuhkan bantuan dari serangan udara.

(Baca juga: Sadis, Mahasisiwi Ini Tega Buang Bayi yang Baru Dilahirkannya Lewat Jendala di Lantai 5 Asramanya)

(Baca juga: Mengerikan, Wanita Ini Robek Testis Pacar dengan Gigi. Alasannya Bikin Geleng-geleng)

Tapi kekuatan udara Mesir yang berada di dekat Suez ternyata sedang menghadapi masalah.

Bagaimana tidak, pangkalan-pangkalan udara di sana sudah  dibombardir oleh pesawat-pesawat tempur Inggris-Prancis pada 31 Oktober 1958.

Tidak hanya itu pasukan-pasukan payung Inggris dan Prancis juga sudah mendarat di Mesir.

Mereka bahkan sudah menguasai kota-kota penting seperti Port Said dan Port Fuad yang berlokasi di mulut Terusan Suez.

Mereka tinggal menunggu perintah untuk menguasai kota-kota penting Mesir lainnya.

 Hadirnya pasukan Inggris-Prancis membuat pasukan Israel yang bertempur di Semenanjung Sinai mendapat kemajuan pesat.

Mereka berhasil merebut kota pelabuhan Mesir, Sharm El Sheikh, yang berada di posisi strategis di pintu masuk Teluk Aqaba.