Find Us On Social Media :

Perang Arab-Israel, Perang Berkepanjangan yang Tak akan Berhenti Sebelum Warga Palestina Merdeka

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 10 Desember 2017 | 12:45 WIB

(Baca juga: Untuk Menghormati Pengakuan Presiden Amerika Terhadap Yerusalem, Taman Edukasi di Israel Ini Diberi Nama Donald Trump Park!)

Sebagai persiapan untuk berperang lagi dengan Israel, Mesir dan Suriah kemudian menyatukan kekuatan militer gabungan dalam satu komando.

Tak lama kemudian Yordania yang semula bersikap lunak terhadap Israel ternyata menggabungkan diri dalam pasukan gabungan Mesir-Suriah.

Merasa telah kuat, Mesir pun memblokade pelabuhan Eliat yang berlokasi di Teluk Aqaba, sehingga hubungan ke kawasan pantai menuju Tanjung Sinai terputus.

 Tapi ulah militer Mesir yang terlalu berani itu ternyata tidak bertujuan untuk melemahkan Israel saja.

Kolonel Nasser yang dihinggapi euforia nasionalisme Arab, tiba-tiba menasionalisasi Terusan Suez sehingga kapal-kapal bukan milik Mesir harus membayar untuk melintasi.

Nasionalisasi terusan yang semula dikelola perusahaan Inggris-Prancis bernama The Suez Canal Company itu membuat militer Inggris dan Perancis marah. Mereka pun bersiap menyerang Mesir.

Melihat peluang bahwa jika Israel terlebih dahulu menyerang Mesir lebih menguntungkan maka operasi militer dalam skala besar pun segera disiapkan oleh militer Israel.

Dalam startegi ini, Israel memang tak mau kedahuluan oleh serangan pasukan Inggris-Prancis ke Mesir karena bisa-bisa tidak mendapatkan wilayah jajahan.

Setelah siap, militer Israel pun segera melancarkan serangan dadakan.

Tak lama kemudian setelah serangan militer Israel ke Mesir itu, jet-jet tempur Inggris-Perancis pun membombardir Mesir.