Find Us On Social Media :

Perang Arab-Israel, Perang Berkepanjangan yang Tak akan Berhenti Sebelum Warga Palestina Merdeka

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 10 Desember 2017 | 12:45 WIB

Pejuang kemerdekaan Palestina

Intisari-Online.com - Pada perang Arab-Israel pertama (1948), secara politik dan militer Isreal memang berhasil memperoleh kemenangan.

Tapi kemenangan Israel dalam peperangan itu sebenarnya merupakan kemenangan semu. Pasalnya, konflik antara Arab-Palestina dan Israel ternyata tidak bisa diselesaikan secara damai.

Gencatan senjata yang diprakarsai oleh PBB selalu tidak berumur panjang dan peperangan pun pecah lagi.

(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

(Baca juga: Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)

Baik Israel maupun negara-negara Arab juga terus membangun kekuatan tempurnya sehingga yang terjadi bukan upaya perdamaian. Melainkan bagaimana mempersiapkan perang dan bisa menang.

Perubahan situasi politik negara-negara Arab juga sangat menentukan bagaimana sikap mereka terhadap Israel. Apakah mereka semakin mengeras, atau justru melemah.

Mesir, yang kekuatan militernya pernah dipukul mundur dalam Perang Arab Israel Pertama, di bawah pimpinan Kolonel Gamal Abdel Nasser terus membangun alutsistanya.

Persenjataan dari Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur banyak dibeli Mesir terutama tank lapis baja dan jet tempur.

Dengan kekuatan militer yang demikian kuat, Mesir pun sengaja menunjukkan arogansinya dengan cara melarang kapal-kapal Israel melintasi Terusan Suez.

Larangan itu jelas melanggar hukum dan potensi memicu konflik karena Terusan Suez merupakan jalur pelayaran internasional.