Find Us On Social Media :

Israel 'Merdeka' karena Eropa Merasa Berutang Budi pada Bangsa Yahudi Sekaligus Ingin ‘Cuci Tangan’

By Ade Sulaeman, Sabtu, 9 Desember 2017 | 16:00 WIB

Jika mereka sudah memiliki negara yang jelas upaya untuk memulangkan warga Yahudi yang tercerai-berai pun menjadi lebih mudah.

Inggris yang masih menghadapi dilema dan masih kesulitan untuk melaksanakan Desklarasi Balfour, yang bertujuan menyelesaikan masalah kaum Yahui dan Arab secara adil jelas menjadi pusing.

Pemerintah Inggris di Palestina sendiri berusaha membatasi masuknya orang Yahudi ke Palestina karena khawatir terhadap reaksi keras warga Arab.

Tapi warga Yahudi tetap berusaha memasuki Palestina melalui jalur penyelundupan. Selain itu warga Yahudi yang berada di Palestina juga terlanjur bertambah pesat.

Jika pada tahun 1917 warga Yahudi baru berjumlah 80.000 orang pada tahun 1947 telah berubah menjadi 600.000 orang.

Sedangkan penduduk Arab di Palestina berjumlah 1.000.000 orang. Inggris berusaha keras menahan masuknya warga Yahudi ke Palestina meskipun mendapat kecaman dari negara-negara Eropa dan AS.

Pemerintah Inggris bahkan menolak permintaan Presiden AS Harry Truman agar saat itu bersedia menerima 100.000 orang Yahudi yang kehilangan tempat tinggal setelah PDII.

Tak ada pilihan lain bagi warga Yahudi yang berniat menuju Palestina kecuali lewat jalur penyelundupan, khususnya lewat jalur laut.

Tapi Angkatan Laut Inggris ternyata makin memperketat penjagaan dan berkali-kali mengusir orang Yahudi yang terus berupaya menyelundupkan diri.

Sikap keras pemerintah Inggris di Palestina ternyata mendapat perlawanan yang keras pula dari para kelompok militan Yahudi seperti Haganah, Irgun Zvai Leumi (Gerakan Militer Nasional) yang dipimpin Menachem Begin, dan Lahamei Herat Israel (Pejuang Kemerdekaan Israel).

Sejumlah teror pun makin gencar dilancarkan ke warga Arab dan pasukan Inggris sendiri.

Akibat teror itu pasukan Inggris akhirnya memilih pulang ke negaranya dan Israel akhirnya bisa mendirikan negara.

Tapi strategi teror ternyata terus diterapkan oleh Israel kepada warga Arab-Palestina hingga saat ini dan memicu konflik dengan negara-negara Arab lainnya.

(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)