Find Us On Social Media :

Sniper Ini Tembak Mati Musuh dari Jarak Hampir 2 Km Setelah Merayap Selama 3 Hari 3 Malam

By Ade Sulaeman, Sabtu, 25 November 2017 | 14:00 WIB

Intisari-Online.com - Ketika pasukan Inggris dibuat kocar-kacir oleh para sniper Jerman pada PD I, pelajaran berharga itu membuat militer Inggris harus segera menyiapkan para sniper melalui sekolah khusus.

Program untuk mendidik sniper yang mumpuni pun segera digelar oleh militer Inggris.

Beberapa dekade kemudian hasil pendidikan itu mulai menunjukkan keunggulannya ketika sniper Inggris ditugaskan ke sejumlah perang mulai dari PD II, Perang Malvinas, hingga misi di perang moderen seperti di Irak dan Afghanistan.

Sniper Inggris khususnya dari marinir bahkan menjadi personel yang paling elit karena untuk menjadi sniper di Royal Marine harus menjalani seleksi yang sangat ketat dan berat.

(Baca juga: Tatang Koswara, Sniper Legendaris TNI yang Bertempur Tanpa Pamrih dan Menolak Tunjangan Veteran)

Pusat penggemblengan calon sniper militer Inggris baik dari satuan marinir maupun pasukan darat berada di Sennybridge, Wales, Inggris.

Syarat untuk menjadi sniper marinir Inggris yang tidak bisa ditawar adalah calon sniper harus merupakan anggota marinir yang berkualifikasi tinggi, telah menjalani pelatihan dasar militer selama 8 bulan, dan pernah bertugas selama lima tahun sebagai penembak jitu di masing-masing unitnya.

Jika calon siswa sniper marinir Inggris bisa memenuhi semua kualifikasi itu mereka akan menjalani pelatihan selama enam minggu.

Materi pelatihan yang diberikan sebenarnya tidak berbeda jauh dibandingkan sekolah-sekolah sniper elit lainnya seperti penguasaa senjata, teknik menembak, pengendapan, dan lainnya.

Yang pasti seorang sniper lulusan Scout Sniper School Royal Marine akan menguasi 7 poin kemampuan dasar sniper mulai dari pengetahuan dan penguasaan navigasi, membangun tempat persembunyian, melakukan tugas observasi, pengendapan, mengukur jarak dan akurasi tembakan, membaca serta mengukur kecepatan angin.

Kemampuan pengetahuan navigasi sniper mencakup ketrampilan membuat peta berdasar hasil foto udara yang dijatuhkan pesawat pengintai dan berdasar peta itu sniper bisa menemukan rute untuk mencapai sasaran sekaligus untuk melarikan diri.

Untuk ketrampilan membuat tempat perlindungan sniper marinir Inggris memiliki syarat khusus, yakni lokasi persembunyiannya tidak bisa terdeteksi dari jarak 150-30 meter.

Sementara kemampuan observasi berupa ketrampilan mengidentifikasi 10 sasaran militer dalam waktu singkat.

(Baca juga: Sniper Jepang, Pantang Keluar dari Sarang Sebelum Dirinya Sendiri Jadi Mayat)

Identifikasi 10 sasaran itu harus mampu dilaksanakan pada satu frame teleskop disusul membuat sketsa dengan jarak dan posisi akurat.

Untuk teknik pengendapan merupakan kemampuan khusus yang diperoleh dengan cara yang sangat berat karena siswa sniper harus mampu merayap sejauh 2 km hingga mendekati target pada jarak 150-300 meter.

Pada jarak tembak 150-300 itu, siswa sniper masih menjalani ujian lagi yakni meletuskan peluru kosong di lokasi tersembunyi dan baik asal suara maupun posisi sniper tidak bisa dideteksi oleh pelatihnya.

Latihan Scout Sniper Royal Marine diakhiri dengan menembak tepat sasaran selama sehari penuh dan disusul menembak tepat dari berbagai posisi yang berlangsung pada siang dan malam hari.

Lulusan Scout Sniper Royal Marine umumnya langsung ditempatkan pada satuan setiap peleton untuk menjalani semacam try out tugas tempur selama 6 bulan dan setelah itu dilanjutkan misi tempur yang sesungguhnya.

Sejumlah keberhasilan tugas tempur para sniper marinir Inggris yang spektakuler adalah ketika mereka dikirim ke Afghanistan untuk melumpuhkan sasaran terpilih (high value).

Salah satu sniper marinir Inggris, Kopral Christopher Reynold berhasil menembak mati pemimpin pejuang Taliban dari jarak 1853 meter (2026 yard) setelah melakukan pengendapan (stalking) selama tiga hari penuh.

Ketika Kopral Reynold bersama timnya sedang melaksanakan pengendapan mereka sebenarnya berada di kawasan yang sedang berkecamuk pertempuran sengit.

(Baca juga: Chuck Mawhinney: Sniper Dahsyat Yang Sempat Terlupakan, Rekornya 103 Confirmed Kills)

Tapi kendati mereka sedang berada di medan tempur dan memiliki kesempatan untuk menembak sasaran potensial, tim sniper Reynold tetap diam.

Kopral Reynold dan timnya memang mendapat tugas spesifik yakni melumpuhkan komandan Taliban yang selama ini menjadi pimpinan paling disegani.

Ciri-ciri spesifik sasaran telah dikantongi Reynold dan tinggal menunggu waktu terbaik untuk melumpuhkannya.

Pada hati ketiga sasaran ternyata muncul dan posisinya berada di samping pintu rumah serta dikelilingi oleh para pengikutnya.

Kopral Reynold dan spotternya segera mengatur akurasi jarak tembak, kecepatan angin , dan akurasi bidikan.

Ketika Reynold menarik picu senapannya ternyata arah peluru melenceng dan mengenai bangunan sekitarnya.

Komandan Taliban yang menjadi sasaran ternyata tidak menyadari dirinya sedang dibidik dan terus bercakap-cakap.

Pada bidikan kedua, Reynold tidak mengarahkan moncong senapan ke pimpinan Taliban dan berdasar penghitungan jarak tembak dan arah angin, Reynold justru mengarahkan senapannya ke bingkai pintu.

Tembakan kedua ini ternyata tepat menghantam dada si pemimpin Taliban yang kemudian roboh tewas.

Para pengikut pimpinan Taliban yang terkejut karena sama sekali tak menduga ada serangan sniper memilih melarikan diri. S

Selama bertugas di Afghanistan, Reynold yang mengoperasikan senapan L115A3 setidaknya telah berhasil mengeleminasi 32 pejuang Taliban.

Misi sniper Inggris lainnya yang tergolong paling spektakuler adalah yang dilaksanakan oleh Kopral Craig Horrison yang bertugas mengawal pasukan komando.

Pada medan yang cukup terbuka pasukan komando Inggris terpaksa hanya bisa bertahan ketika dihujani tembakan senapan mesin pejuang Taliban yang berada di posisi ketinggian.

Kopral Harrison yang berhasil mengendap ke lokasi serangan lalu mengarahkan teleskopnya ke arah datangnya tembakan senapan mesin yang berjarak sekitar 2475 meter.

Jarak tembak sejauh itu sebenarnya sulit dicapai oleh senapan sniper L115A3 yang secara teknis hanya efektif untuk melumpuhkan sasaran pada jarak 1500 meter.

Tapi tak ada pilihan lain bagi Harrison kecuali segera mengeluarkan semua kemampuan menembak yang dimiliki ke sasarannya.

Karena sasarannya adalah senapan mesin dan operatornya, Harrison harus melakukan tembakan cepat saat operator mengisi ulang peluru.

Setelah mendapatkan bidikan dan penghitungan arah angin yang akurat, tepat sewaktu operator mengisi peluru , Harrison pun menembakkan senapannya tiga kali berturut-turut.

Hasilnya ternyata di luar dugaan karena operator senapan mesin dan senjatanya berhasil dilumpuhkan sekaligus.

Tembakan Harrison ini juga sekaligus menjadi tembakan terjauh bagi para sniper militer Inggris yang bertugas di Afghanistan.

Namun karena mendapat cedera serius akibat sergapan musuh tidak lama setelah mencetak rekor tembakan sniper terjauh, Harrison ditarik dari tugasnya. 

Cerita lain dari sniper Jepang

Selain sniper Jerman maupun Rusia yang terkenal kepiawaiannya selama PD II, sniper Jepang yang bertempur seperti seorang samurai, demi kehormatan bangsa dan pengabdian kepada kaisar juga tak kalah handalnya.

Sebagian besar sniper Jepang telah berpengalaman dalam Perang Manchuria (1930) khususnya dalam pertempuran hutan yang berlangsung lama.

Dengan bersembunyi di puncak-puncak pohon atau lubang kecil meskipun hanya dibekali nasi kering dan air putih sniper Jepang sanggup mengendap selama berminggu-minggu.

Para sniper Jepang yang bertengger di pucuk pohon, khususnya pohon kelapa bahkan memiliki motto hanya akan turun sebagai mayat akibat tembakan peluru musuh.

Prinsip sniper Jepang semasa PD II nyaris sama, membunuh tentara Amerika sebanyak mungkin sampai dirinya sendiri terbunuh.

Dibandingkan sniper Rusia, Jerman, dan Sekutu, sniper Jepang memiliki keunikan sendiri karena mereka bertempur seorang diri tanpa dibantu observer.

Sniper Jepang juga bukan prajurit sukarelawan, tapi prajurit tulen yang bertempur di bawah sumpah kaisar Jepang dan tidak mengenal istilah gagal dalam tugas.

Berkat moral tempur dan spirit yang tinggi itu, para sniper yang hanya dipersenjatai senapan tempur standar Arisaka Model 97 atau 99 dan teleskop yang juga terbilang sederhana karena tak bisa dikoreksi memiliki kemampuan bidik yang sangat akurat pada jarak 550 meter.

Untuk menghadapi sniper Jepang yang gemar bersarang di atas pohon itu, pasukan AS tidak mengerahkan sniper-nya (countersniper) melainkan memberondongnya menggunakan senapan mesin antitank kaliber 37 mm.

Ketika peluru kaliber besar itu menghantam pucuk pohon kelapa bukan hanya sniper Jepang yang jatuh tewas, buah dan dahan kelapa juga turut berjatuhan.

Sementara para sniper Sekutu lainnya, seperti Inggris yang mengerahkan sniper asal Australia dan Selandia Baru yang berpengalaman selama PI mempunyai taktik sendiri untuk melumpuhkan sniper Jepang.

Baik sniper Australia maupun Selandia Baru tidak lagi memberlakukan doktrin satu peluru satu nyawa untuk menembak jatuh sniper Jepang yang bertengger di puncak pohon.

Dalam duel sniper, mereka menggunakan senapan mesin Bren yang ditembakkan sampai pelurunya habis disusul jatuhnya sniper Jepang.