Find Us On Social Media :

Kisah ‘James Bond-nya CIA’: Saat Kepala Seorang Teroris Ingin Dibarter dengan Informasi Negara

By Ade Sulaeman, Jumat, 24 November 2017 | 13:30 WIB

(Baca juga: Nekat! Minim Data Intelijen, Pasukan Kostrad Ini Tetap Berani Terjun di Belantara Papua saat Operasi Trikora)

Dua pilihan pertama diterima, tapi saya gagal di Russian Institute. Akhirnya, pilihan jatuh pada Schools of International Affdirs Columbia, Washington.

Pada bulan Februari 1954 datanglah orang-orang dari  ClA ke Columbia untuk merekrut calon pegawai. Saat itu nama CIA belum begitu dikenal orang lantaran masih baru. Proses perekrutannya pun belum begitu rumit seperti sekarang.

Mereka datang ke universitas-universitas, mewawancarai para dosen dan profesor, apakah ada mahasiswanya yang cocok untuk mereka ambil.

Karena hasil studi tahun pertama dinilai bagus, akhirnya saya diterima masuk di Institute Rusian. Berbareng dengan itu saya mulai menjalin hubungan serius dengan Maggie. Akhirnya pada akhir studi di Russian Institute, saya menikahi Maggie di Columbus, Indiana, 2 April 1955.

Nah, barangkali tinta yang tertulis di ijazah MA saya belum lagi kering datanglah panggilan dari CIA pada bulan Mei 1955.

Ketika itu markas besar CIA di Langley belum selesai dibangun. Beberapa kantornya masih tersebar di beberapa tempat. Setelah melapor ke sebuah gedung kayu yang terletak di Jl. Ohio Drive sepanjang Potomac, Washington, tak begitu jauh dari Lincoln Memorial Reflecting Pool, saya mengikuti orientasi pendahuluan bersama dengan calon pegawai lainnya.

Pada awalnya lembaga ini hanya memiliki dua direktorat utama, yakni Direktorat Operasi (DO) dan Direktorat Intelijen (DI).

(Baca juga: Meski Sama-sama Badan Intelijen AS, Nyatanya CIA Bisa Lebih Brutal dan Menghalalkan Segala Cara Dibanding FBI)

Direktorat Operasi yang juga sering disebut Clandestine Services bertugas mengumpulkan data intelijen umum yang biasanya digali dari sumber-sumber manusia; mencari sasaran  kontra intelijen; dan melakukan operasi rahasia baik politis maupun militer untuk melindungi kepentingan AS di luar negeri.

Pada saat saya bertugas, yang dipandang sebagai ancaman kepentingan AS adalah pengaruh komunis Sovyet dan Cina serta negara-negara bonekanya.

Sebaliknya, Direktorat Intelijen mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai macam sumber (termasuk dari Direktorat Operasi) untuk diolah dan dianalisis.