Find Us On Social Media :

Picu Pemusnahan 20 Juta Masyarakat Pribumi Amerika, Columbus Tak Layak Disebut Pahlawan?

By Ade Sulaeman, Jumat, 10 November 2017 | 08:00 WIB

Intisari-Online.com – Apa ada seorang pahlawan tiba-tiba diadili sebagai bajingan kriminal?

Itu persis yang dialami Columbus. Lebih kasihan lagi, ia sudah tak mampu membela diri.

Namun peninggalan-peninggalan dan fakta sejarah memang tak bisa dikesampingkan begitu saja.

Di Republik Dominika didirikan mercu suar dengan biaya 40 juta ponsterling untuk menghormati Columbus. Presiden negeri mungil itulah, Joaquin Balaguer, yang meresmikannya.

(Baca juga: WHO: Wabah Zika Telah Menyerang 23 Negara di Benua Amerika)

Maklumlah Columbus pernah menyebut negeri itu "tanah yang paling saya cintai". Tapi jangan dikira sepanjang tahun 1992 ini Columbus hanya menerima puja-puji.

Justru tahun yang menandai 500 tahun ditemukannya Amerika dipenuhi dengan ungkapan rasa kesal kepada sang penemu.

Columbus bersalah

Misalnya saja, perayaan di St. Paul, Minnesota, AS, baru-baru ini malah membentuk juri-jurian terdiri atas 7 wanita dan 5 lelaki.

Setelah proses "peradilan" seharian penuh dan para juri berdiskusi selama 3 jam, Columbus divonis bersalah.

Dosa-dosanya: pembunuhan, perbudakan, dan tindak kriminal lain. Untuk tuduhan pemerkosaan dan terorisme internasional ia dinyatakan tak bersalah.

Tak cukup dengan itu, Hakim Richard Fredrick menjatuhkan hukuman 350 tahun kepada manusia yang hidup 500 tahun lalu itu dengan tugas pelayanan masyarakat.

(Baca juga: Penjelajah China Sudah Menemukan Benua Amerika Jauh Sebelum Christopher Colombus?)

Argumentasi para penuntut dalam peradilan yang disponsori oleh Pusat Hak Asasi Manusia Universitas Minnesota ini ialah bahwa ekspedisi Columbus-lah yang menjadi gara-gara membanjirnya orang Eropa ke Dunia Baru.

Hasilnya, pemusnahan 20 juta masyarakat pribumi Amerika.

Selain itu Columbus juga dituntut telah menangkap orang untuk dijadikan budak, mencuri emas dan tanah, menculik dan melakukan aksi kekerasan lain selama berlayar di L. Karibia.

Cercaan terhadap Columbus bermacam-macam bentuknya, dari pesta koktail di Chicago sampai protes masal di Meksiko. Singkat kata, reputasi Columbus sudah telanjur habis-habisan.

Malah bulan Oktober lalu ribuan orang Indian suku Sioux, Apache, Yaqui, dan Eskimo mengadakan konferensi di Mexico City untuk merayakan 500 tahun perlawanan Indian terhadap penyerbu kulit putih.

Indian di Colombia malah menyerukan agar bendera negara bagian dikibarkan setengah tiang.

Pembela Columbus bukannya tidak ada. Menurut mereka, "Memang dalam masa 200 tahun pertama zaman kolonisasi bangsa-bangsa Eropa di Amerika, populasi Indian melorot dari 100  juta menjadi 4 juta, tapi jangan menaruh seluruh tanggung jawab di pundak Columbus, dong!"

Para pendukung ini tidak mau kalah aksi. Mereka membangun patung Columbus senilai AS$10 juta di pantai Miami.

(Baca juga: Kebiasaan-kebiasaan Zaman Dulu saat Terjadi Gerhana Matahari: Masayarakat Indian Memaksa Bayi Menangis dan Membetot Telinga Anjing)

Boleh jadi Columbus tak menyadari sepenuhnya dampak gembar-gembornya tentang Dunia Baru yang kini bernama Amerika itu. Waktu itu ia hanya tergiur pada emas, tanah, dan kejayaan bangsa Spanyol.

Kalau melihat bagaimana usaha Columbus mencari sponsor, tak heranlah kita kalau ia sampai tergolong dalam kelompok manusia yang mencatat sejarah. Keuletannya tak tanggung-tanggung.

Sejak tahun 1484 ia telah berusaha menjual ide kepada Raja John II di Portugal. Ide untuk menemukan tanah dan emas di seberang Samudera Atlantik.

Raja John tidak tertarik, apalagi merogoh kantong. Tahun berikutnya Columbus menghadap takhta Spanyol, tapi gagal lagi. Tahun 1486 ia berjumpa lagi dengan Raja Ferdinand dan Ratu Isabela, tapi mereka tetap tidak tertarik.

Tapi entah apa saja usaha Columbus sampai pada tahun 1492 ia memperoleh juga tanda oke dari pasangan penguasa Spanyol itu.

Columbus berangkat dengan ongkos setara dengan AS $ 7.200 uang sekarang. Ia mendapat pinjaman dua buah kapal plus satu kapal carteran.

(Baca juga: (FOTO) Perang Tentara Perancis dengan Suku Indian Zacapoaxtla Terjadi Lagi?)

Bukan peta, tapi diagram

Pelayaran menembus daerah antah-berantah jelas penuh tantangan. Petanya saja masih berupa diagram yang serba kira-kira. Di akhir tahun 1470-an, peta yang paling terkenal adalah Geography karangan Ptolomeus.

Columbus menggunakannya sebagai acuan di samping juga hasil pengamatan Pierre d'Ailly. Menurut perkiraannya, lebar laut antara Spanyol dan India hanya 135 derajat. Jepang hanya 2.760 mil dari Spanyol (kira-kira seperempat dari kenyataan).

Dengan pegangan seperti itu, maklum saja kalau setelah 30 hari berlayar daratan belum juga terlihat, awak kapal Columbus jadi habis kesabaran. Mereka menuntut putar haluan. Tapi Columbus berhasil meminta waktu 3 hari.

Nyawanya jadi taruhan. Dasar nasib Columbus memang baik. Daratan terlihat sebelum batas waktu terlewati.

Hanya saja, konon, ia melanggar perjanjian bahwa siapa yang pertama kali melihat daratan akan mendapat hadiah besar. Columbus mengaku dialah yang melihat pertama kali sehingga berhak atas hadiah besar.

Ketika pertama kali menjejakkan kaki di P. San Salvador (letaknya di utara Kuba dan barat laut P. Hispaniola) pada 12 Oktober 1492, Columbus begitu terkesan oleh sambutan pribumi suku Taino. "Mereka penurut dan cinta damai," tulis Columbus kepada Raja dan Ratu Spanyol.

"Saya berani bersumpah di hadapan paduka, tidak ada bangsa yang sebaik mereka. Walau tubuh mereka telanjang, tindak tanduknya terpuji sekali."

Ironisnya, Columbus menculik 10 orang kawan baiknya dari suku Taino untuk diboyong ke Spanyol.

Tujuannya agar mereka belajar budaya putih di Spanyol, karena Spanyol ingin juga menjadi bangsa Eropa pertama yang berhasil "membudayakan" bangsa di benua baru yang belum beragama.

Begitu pulang ke Spanyol, Columbus yang sudah dielu-elukan sebagai pahlawan mengorganisasikan armada besar lagi untuk kembali ke P. Hispaniola lagi. Itulah pelayarannya yang kedua.

Bagaimana persis suasananya ketika Columbus mendarat dan berusaha mendirikan koloninya, masih tergambar jelas dari sisa-sisa La Isabela. Ini perkampungan besar pertama yang didirikan oleh Columbus pada pelayarannya yang kedua (1493 - 1496).

Perkampungan ini terletak di P. Hispaniola (kini ditempati Haiti dan Republik Dominika) yang bertetangga dengan Puerto Rico, Jamaica, dan Kuba. La Isabela didirikan untuk menggantikan perkampungan pertama, La Navidad.

Kampung yang didirikan pada pelayaran pertamanya itu sudah habis terbakar dan- penghuninya musnah (ada yang karena sakit, ada yang dibunuh pribumi).

Setelah berlayar selama sebulan meninggalkan La Navidad, sampailah armada yang terdiri atas 17 kapal penuh sesak dengan 1.200 awak di lokasi yang hanya 70 mil dari sana. La Isabela didirikan pada musim semi 1494.

"Pulau yang sangat indah," tulis Columbus tentang pulau yang waktu itu disebut Espanola. Setelah mendirikan La Isabela, ia beserta anak buahnya mengadakan arak-arakan besar masuk pedalaman yang membuat pribumi Indian Taino terlongong-longong.

Bayangkan, lingkungan kehidupan yang tadinya tenang dan damai tiba-tiba dikejutkan suara genderang, tambur, dan, terompet yang mengiringi orang-orang Eropa ini berbaris. Lebih aneh lagi semua serdadu itu berbaju zirah, termasuk yang berkuda.

Seperti kurang seram, pasukan ini masih disertai anjing pemburu yang garang. Menurut Sejarawan Bartolome de las Casa, ingar-bingar arak-arakan itu tak cuma bikin kaget, tapi juga membuat kaum Taino gentar.

Setelah perarakan besar itu, Columbus melanjutkan pelayaran ke Kuba. Ia yakin betul itu Asia daratan. Dengan ancaman lidah bisa dipotong, anak buahnya disuruh bersumpah mengatakan hal yang sama.

Tahun 1496 ia menulis surat ke adiknya, Bartholomeus, untuk menyisiri pantai selatan Hispaniola. Belakangan Bartholomeus mendirikan Kota Santo Domingo yang sampai sekarang masih ada.

Ekspansi orang Spanyol di pulau ini sama artinya dengan bencana bagi orang Taino. Orang Spanyol tak cuma  mendesak dengan senjata, tapi juga penyakit yang mereka tularkan. Populasi mereka yang di tahun 1494 mendekati 1 juta, nyaris ludes hanya dalam waktu 30 tahun.

(Dari pelbagai sumber/Lily/The, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1992)