Find Us On Social Media :

Picu Pemusnahan 20 Juta Masyarakat Pribumi Amerika, Columbus Tak Layak Disebut Pahlawan?

By Ade Sulaeman, Jumat, 10 November 2017 | 08:00 WIB

Nyawanya jadi taruhan. Dasar nasib Columbus memang baik. Daratan terlihat sebelum batas waktu terlewati.

Hanya saja, konon, ia melanggar perjanjian bahwa siapa yang pertama kali melihat daratan akan mendapat hadiah besar. Columbus mengaku dialah yang melihat pertama kali sehingga berhak atas hadiah besar.

Ketika pertama kali menjejakkan kaki di P. San Salvador (letaknya di utara Kuba dan barat laut P. Hispaniola) pada 12 Oktober 1492, Columbus begitu terkesan oleh sambutan pribumi suku Taino. "Mereka penurut dan cinta damai," tulis Columbus kepada Raja dan Ratu Spanyol.

"Saya berani bersumpah di hadapan paduka, tidak ada bangsa yang sebaik mereka. Walau tubuh mereka telanjang, tindak tanduknya terpuji sekali."

Ironisnya, Columbus menculik 10 orang kawan baiknya dari suku Taino untuk diboyong ke Spanyol.

Tujuannya agar mereka belajar budaya putih di Spanyol, karena Spanyol ingin juga menjadi bangsa Eropa pertama yang berhasil "membudayakan" bangsa di benua baru yang belum beragama.

Begitu pulang ke Spanyol, Columbus yang sudah dielu-elukan sebagai pahlawan mengorganisasikan armada besar lagi untuk kembali ke P. Hispaniola lagi. Itulah pelayarannya yang kedua.

Bagaimana persis suasananya ketika Columbus mendarat dan berusaha mendirikan koloninya, masih tergambar jelas dari sisa-sisa La Isabela. Ini perkampungan besar pertama yang didirikan oleh Columbus pada pelayarannya yang kedua (1493 - 1496).

Perkampungan ini terletak di P. Hispaniola (kini ditempati Haiti dan Republik Dominika) yang bertetangga dengan Puerto Rico, Jamaica, dan Kuba. La Isabela didirikan untuk menggantikan perkampungan pertama, La Navidad.

Kampung yang didirikan pada pelayaran pertamanya itu sudah habis terbakar dan- penghuninya musnah (ada yang karena sakit, ada yang dibunuh pribumi).

Setelah berlayar selama sebulan meninggalkan La Navidad, sampailah armada yang terdiri atas 17 kapal penuh sesak dengan 1.200 awak di lokasi yang hanya 70 mil dari sana. La Isabela didirikan pada musim semi 1494.

"Pulau yang sangat indah," tulis Columbus tentang pulau yang waktu itu disebut Espanola. Setelah mendirikan La Isabela, ia beserta anak buahnya mengadakan arak-arakan besar masuk pedalaman yang membuat pribumi Indian Taino terlongong-longong.

Bayangkan, lingkungan kehidupan yang tadinya tenang dan damai tiba-tiba dikejutkan suara genderang, tambur, dan, terompet yang mengiringi orang-orang Eropa ini berbaris. Lebih aneh lagi semua serdadu itu berbaju zirah, termasuk yang berkuda.

Seperti kurang seram, pasukan ini masih disertai anjing pemburu yang garang. Menurut Sejarawan Bartolome de las Casa, ingar-bingar arak-arakan itu tak cuma bikin kaget, tapi juga membuat kaum Taino gentar.

Setelah perarakan besar itu, Columbus melanjutkan pelayaran ke Kuba. Ia yakin betul itu Asia daratan. Dengan ancaman lidah bisa dipotong, anak buahnya disuruh bersumpah mengatakan hal yang sama.

Tahun 1496 ia menulis surat ke adiknya, Bartholomeus, untuk menyisiri pantai selatan Hispaniola. Belakangan Bartholomeus mendirikan Kota Santo Domingo yang sampai sekarang masih ada.

Ekspansi orang Spanyol di pulau ini sama artinya dengan bencana bagi orang Taino. Orang Spanyol tak cuma  mendesak dengan senjata, tapi juga penyakit yang mereka tularkan. Populasi mereka yang di tahun 1494 mendekati 1 juta, nyaris ludes hanya dalam waktu 30 tahun.

(Dari pelbagai sumber/Lily/The, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1992)