Find Us On Social Media :

‘James Bond’ Membuka Jalan ke Timur sehingga Terkuaklah Seperti Apa Pulau Jawa Itu

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 5 November 2017 | 13:30 WIB

Kemungkinan besar dalam peta inilah gambar Indonesia, pertama kalinya muncul.

Di situ bisa dilihat nama-nama: lava Maior dan lava Minor (Jawa Besar dan Jawa Kecil), Pulau Pevta (Bintan), Angama, Necyra, dsb.

Gambaran yang ditampilkan peta ini masih sangat sederhana. Bentuk pulau-pulau maupun letaknya amat berbeda dengan keadaan geografis sebenarnya.

Ini dapat dimaklumi karena pengetahuan manusia tentang dunia Timur belum memadai.

Nama-nama pulau dan kota pun berasal dan catatan Marcopolo saat melakukan perjalanan ke Asia  pada akhir abad XIII.

Peta yang khusus mengenai bagian dunia sekitar Indonesia dibuat oleh Waldseemuller dan diterbitkan bersama-sama peta negara-negara lain di Strassburg tahun 1522.

Dalam peta ini terlihat di sekitar Pulau Iava Maior dan Iava Minor ada unsur kanibalisme yang digambarkan oleh tubuh manusia sedang dipotong-potong dan dihidangkan sebagai santapan.

Ketika itu dunia Barat belum tahu apa-apa tentang kebudayaan dan kesenian Indonesia yang tinggi dan menganggap Kepulauan Indonesia dihuni oleh para kanibal.

Selanjutnya kepulauan Indonesia muncul kembali dalam penerbitan peta-peta oleh Sebastian Munster tahun 1540 yang dinamakan Geographia di Basel, Swis.

Di peta ini bentuk dan letak Kepulauan Indonesia lebih sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

Ada Pulau Sumatra, lava, Porne (Borneo), Molluca (Maluku), Gilolo (Halmahera), Ternate, dan Timos (Timor).

Yang jadi pertanyaan, apa yang dimaksud dengan Pulau lava Maior dan lava Minor?

Rupanya dari cerita saudagar-saudagar India dan Arab, Marcopolo menafsirkan bahwa Pulau Jawa sesungguhnya menjadi satu daratan luas di bagian selatan yang kemungkinan adalah Benua Australia.

Demikianlah pada masa itu Pulau Jawa dianggap pulau terbesar di dunia dan dinamakan lava Maior, sedangkan Pulau Sumatra dinamakan lava Minor.

Anggapan seperti itu masih terus berlanjut hingga pertengahan abad XVI misalnya dapat dilihat pada peta-peta P. Desceliers tahun 1545 yang disimpan di British Library.

Pada zaman itu Taprobana sering digunakan untuk menyebut Ceylon (Sri Lanka), namun kadang-kadang dipakai juga untuk Sumatra.

Kekacauan penyebutan itu mungkin mengingat letaknya yang berdekatan di dalam peta dan juga karena adanya binatang gajah di kedua pulau itu.

Dalam peta S. Munster  tahun 1540, Taprobana dipakai untuk Pulau Ceylon, namun pada peta tahun 1550 dia memakai nama Taprobana untuk Sumatra.

Tahun 1561 terbit di Basel kumpulan peta dengan nama De Cosmographia Rudymentis oleh J. Honterus yang memuat peta pulau-pulau di seluruh dunia.

Di antara peta-peta itu terdapat peta Pulau Jawa pertama yang dilukiskan secara khusus, terpisah dari pulau di sekelilingnya.

(Ditulis oleh Heru Sajuto. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1994)