Find Us On Social Media :

Antara Bajralepa si Ramuan Misterius dan Stapaka si Arsitek Jenius, Inilah Rumitnya Pembangunan Candi

By Ade Sulaeman, Kamis, 19 Oktober 2017 | 18:40 WIB

Pertanyaannya kemudian, apakah pada masa 12 abad silam sudah dikenal ilmu tanah, geologi, matematika, mekanika teknik, ataupun perangkat bantu macam kompas, komputer, buldoser, crane, serta perkakas canggih lainnya yang biasa dipakai untuk mendirikan bangunan raksasa? Jawabannya tentu belum ada.

Sebagian dari kita, karena keterbatasan pengetahuan, lalu mengira bangunan-bangunan candi tidak dibuat oleh manusia melainkan oleh makhluk halus.

Karena itu lahirlah mitos Lorojonggrang dan Bandung Bondowoso di sekitar berdirinya  kompleks Candi Prambanan atau Candi Lorojonggrang di Yogyakarta.

Konon, menurut mitos tersebut, candi itu dibuat hanya dalam semalam oleh Bandung Bondowoso dibantu oleh sejumlah makhluk halus, sebagai syarat agar cintanya diterima oleh Lorojonggrang, putri yang cantik jelita.

Dikenal juga tokoh sakti Gunadharma dalam mitos di sekitar Candi Borobudur, atau mitos Kyai Poleng di lereng Gunung Kawi.

Mitos memang jawaban prahistoris yang penuh makna simbolis. Candi Borobudur yang gagah, Candi Prambanan yang indah, maupun candi-candi lainnya, sebenarnya dibuat oleh nenek moyang kita dengan ilmu dan teknologi yang sederhana.

(Baca juga: Sedihnya Kondisi Candi Jago yang Kehilangan Empat Arca)

Harus dekat sungai

Pembangunan sebuah candi sudah pasti diprakarsai oleh raja atau seorang penguasa yang disebut yajamana.

Sebagai langkah pertama sebelum candi dibangun, raja menggelar sidang pleno. Selain para pejabat kerajaan, sidang dihadiri para pejabat daerah yang juga membawa serta para seniman pahat, ahli sastra, ahli bangunan, dll.

Setelah mengutarakan maksud dan tujuan membangun candi, raja menunjuk seorang brahmana kepercayaannya, yang nanti bertindak sebagai stapaka, kira-kira sama artinya dengan arsitek perencana.