Find Us On Social Media :

Antara Bajralepa si Ramuan Misterius dan Stapaka si Arsitek Jenius, Inilah Rumitnya Pembangunan Candi

By Ade Sulaeman, Kamis, 19 Oktober 2017 | 18:40 WIB

Intisari-Online.com -  Dengan keterbatasan  ilmu dan teknologi, nenek moyang kita di sekitar abad XII mampu melahirkan sejumlah adikarya di bidang arsitektur sekaligus seni dan budaya. Candi Borobudur contohnya.

Bangunan candi tidak didirikan di atas sembarang lahan. Baik tidaknya tanah diukur dengan lampu minyak. Apa itu lapisan misterius bajralepa?

Kalau suatu saat berkesempatan mengunjungi Candi Borobudur, misalnya, apa yang pertama kali Anda rasakan? Kebanggaan, kekaguman, atau justru kebingungan?

Kalau belum menemukan jawaban, cobalah amati susunan batu demi batu dari bawah sampai ke puncak candi, lalu tarik angan-angan Anda ke suatu masa ratusan tahun silam saat  monumen sakral itu dibangun.

Sosok candi berupa tumpukan batu tanpa perekat, tetapi mampu tegak menengadah ke langit hingga kini, tak pelak mengundang decak kekaguman berikut sejuta tanda tanya.

Salah satu dari sekian banyak pertanyaan itu, “Bagaimana dulu nenek moyang kita membangunnya?”

Lalu Anda membanding-bandingkan pembangunannya dulu dengan proyek renovasinya sekitar 14 tahun lalu.

Pelaksanaan renovasi itu saja membutuhkan waktu yang tidak singkat dan dana yang tidak sedikit, itu pun masih ditopang bantuan dana dan tenaga ahli dari UNESCO.

Di dalamnya pun berbagai disiplin ilmu terlibat saling mendukung, belum lagi pemakaian berbagai peralatan berteknologi mutakhir.

(Baca juga: Angka-angka Misterius di Candi Borobudur Ini Tunjukkan Betapa Penuh Perhitungannya Pembangunan Candi Ini)

Meski segala daya dan upaya telah dikerahkan, proyek renovasi itu masih menyisakan berbagai permasalahan rumit yang tak gampang dipecahkan begitu saja.

Padahal itu ‘kan “hanya” pekerjaan memperbaiki? Maka bisa dibayangkan bagaimana dulu nenek moyang kita membuatnya.