Pak Dipo yang sudah bertugas sebagai penjaga kubur sejak seperempat abad silam itu mengaku, kenal betul sekaligus kagum terhadap ketegaran Bu Tinah. “Bayangkan, dalam waktu kurang dari sepuluh tahun tiga kali ia ditinggal mati suaminya. Itu juga, kata keluarganya, tanpa didahului pertanda, firasat, apalagi kok sakit,” Pak Dipo menjelaskan.
(Baca juga: Ritual Seks di Gunung Kemukus: Bukan Sembarang Nyepi, Tapi Harus Disertai Hubungan Suami-Istri)
“Tapi, dengar-dengar lo, kabarnya Bu Tinah akan menikah lagi dengan teman kantornya beberapa bulan mendatang. Syukurlah. Semoga bisa langgeng tidak seperti yang sebelumnya, dan bisa memperoleh keturunan. Kalau saya ya, mungkin sudah takut dan kapok untuk berumah tangga lagi,” ujarnya lagi setengah prihatin.
Tragis. Itulah kesan setiap orang bila mendengar nasib malang BU Tinah. Namun sebenarnya, Bu Tinah bukanlah satu-satunya insan yang terus-menerus dirundung malang kehilangan suaminya.
Paranormal dari Kotagede, Yogyakarta, Supriyadi membenarkan keberadaan fenomena tersebut dengan kondisi yang persis diutarakan oleh Pak Dipo, “Dalam masyarakat Jawa, orang yang berulang kali ditinggal mati pasangannya secara mendadak tanpa sempat menurunkan anak sering disebut bahu laweyan.”
Supriyadi yang sering dimintai tolong menyembuhkan penyakit non-medis mengkategorikan bahu laweyan sebagai manusia "cacat" sejak lahir atau manusia "panas" yang mendatangkan malapetaka bagi pasangan hidupnya.
Meski lebih sering perempuan, bahu laweyan bisa terwujud baik pada diri lelaki atau perempuan.
"Saya sendiri tidak tahu mengapa, mungkin sudah kodrat," ujar tokoh spiritual yang enggan disebut sebagai dukun. Atau paranormal itu.
Dalam menentukan pasangan hidup, keluarga Jawa pasti akan melihat semua segi latar belakang calonnya.
Terutama orang tua yang masih lekat dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan nilai-nilai budaya Jawa, tentu mengerti benar bahwa manusia "panas" pantang dinikahi.
Lebih lanjut menurut. Pak Supri, pria atau wanita bahu laweyan sebenarnya seperti manusia biasa lainnya.
Malah ia sendiri pun tidak tahu kalau memiliki kekuatan "membunuh" istri/suami. Dia baru sadar setelah tiga empat kali mengarungi biduk perkawinan selalu ditinggal mati suami atau istri.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR