(Baca juga: Pulung Gantung, Misteri Bola Api yang Dianggap sebagai Pendorong Orang Bunuh Diri)
Shaheen mengatakan ia tidak menginginkan ganti rugi, tapi "permintaan maaf dan penjelasan dari Thomson Airways untuk memastikan hal itu tidak akan pernah terjadi lagi".
Jo Glanville, direktur PEN Inggris—sebuah organisasi kebebasan berbicara di Inggris yang membantu mendanai buku yang dibaca Shaheen—mengungkapkan bahwa tindakan pihak maskapai Thomson merupakan tindaka diskriminasi.
Itu adalah “pelanggaran mendasar terhadap kebebasan, yang meruntuhkan kebebasan untuk membaca buku yang kita sukai di tempat umum,” ujarnya.
“Thomson harus meninjau ulang prosedur pelatihan stafnya sehingga kesalahan seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi. Membaca sebuah buku tidak boleh dipandang sebagai dasar untuk perilaku yang mencurigakan," tambahnya.
Dalam sebuah pernyataan Thomson mengatakan: "Kami sangat menyesal jika Shaheen tetap tidak senang perihal perlakuan terhadap dirinya."
"Kami menulis surat kepadanya untuk menjelaskan bahwa awak kabin kami menjalani pelatihan tentang kewaspadaan dan keamanan secara berkala. Awak kabin kami didorong untuk selalu waspada dan berbagi informasi atau pertanyaan dengan pihak berwenang terkait, untuk bertindak sesuai kebutuhan."
(Artikel ini sebelumnya tayang di Tribunnews.com dengan judul "Perempuan Cantik Ini Dituduh Teroris Gara-gara Baca Buku Kebudayaan Suriah di Atas Pesawat")
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR