“Diam, tak usah banyak omong!” gertak Andy.
Andy yang sudah kalap lalu keluar dari toilet menuju halaman sekolah. Di sana dia kembali mengedarkan peluru-pelurunya dengan membabi-buta dan melukai 11 yang lain.
Randy Gordon, 17, seketika itu tewas setelah sebuah peluru menembus punggungnya. Raymond Serrato, teman karib Gordon, juga tertembak.
Menurut pengakuan Serrato, ada yang janggal dari mimik wajah Andy pagi itu. Sebuah mimik sumringah yang jarang dia jumpai menghiasai muka imut Andi.
“Wajahnya tersenyum. Menyeringai. Dia menatap tepat ke arahku,” kata Serrato. Andy seolah-olah begitu menikmati aksi brutalnya.
Supervisor keamanaan sekolah, Peter Ruiz, mencoba untuk menghentikan serangan.
Tapi sial, Andy mengarahkan pistolnya ke pengawas 22 tahun tersebut dan menghujaninya dengan 5 tembakan di punggung. Dan satu lagi seorang pelatih american football, Tom Este, 33, juga tertembak.
Total, 2 meninggal dan 13 terluka parah dalam kurun waktu tak kurang dari 6 menit.
Dua orang opsir yang kebetulan sedang bertugas di sekolah tersebut segera mengambil tindakan. Satu petugas berangsur ke dalam toilet sementara satu yang lain melindungi di belakang.
“Letakkan pistol,” gertak salah seorang petugas.
Sepertinya Andy sudah kehabisan tenaga. Dia memilih untuk menyerah, bahkan berusaha untu melakukan bunuh diri.
Tapi petugas lebih sigap, dia langsung meringkus Andy dan memborgolnya. Khawatir ada pelaku yang lain, satu petugas yang lain menggeledah seisi toilet.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR