Kalau bicara apa yang terjadi lebih dalam, high season kemarin (libur Lebaran) kita terbaik nasional. Ada aturan dari Kementerian Perhubungan, yang sekarang kita ajukan untuk direvisi, yakni kalau delayed apa pun alasannya, harus apply (slot penerbangan) ulang dan ini memakan waktu.
Apa kompensasi bagi penumpang?
Kalau bicara delayed management, kita kasih hotel, makan. Kompensasi itu sesuai. Sekali lagi, namanya delayed, apa pun yang kita berikan, sudah menyenangkan. Kita sudah memenuhi. Namun kembali bicara delayed, orang tidak suka.
Baca Juga : Sebelum Dibeli Lion, Boeing 737 Max yang Kini Menjadi Lion Air JT-610 Ternyata Pernah Gagal Mesin
Apalagi kita sekarang penerbangannya seribu kali dalam sehari. Kalau ada satu yang delayed, ya bisa kena karena lebih banyak penerbangan ke/di daerah. Kami tidak mengatakan kami baik. Kamit idak mengatakan sempurna. Segala sesuatu sudah diatur dengan baik. Pasti ada perbaikan yang kita sudah lakukan.
Apa karena penerbangannya murah?
Penerbangan murah dengan safety tidak ada hubungannya. Semua sama. Yang membuat bisa murah itu dari kompensasi, pembelian pesawat, spare part kita untuk bengkel sendiri. Intinya, kami berusaha yang terbaik.
Bagaimana dengan kasus pilot?
Pilot itu kita punya ribuan. Saya tidak mengatakan kami yang benar atau mereka yagn benar. Biarlah pengadilan yang menentukan. Yang pasti adalah kalau kita ada sesuatu hal yang salah paham, harus diselesaikan bukan dengan cara sabotase.
Baca Juga : Bos Lion Air Rusdi Kirana: Maskapai Saya Paling Buruk di Dunia, tapi Anda Tak Punya Pilihan
Sabotase seperti apa?
Pilot melakukan penerbangan terakhir, sampai Medan, Bali, Surabaya. Pagi-pagi mereka nggak mau terbang. Itu sabotase namanya. Mau mogok boleh, undang-undangnya membolehkan, tapi ada pemberitahuan dong.
Source | : | Angkasa |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR