Resep ketujuh, jangan paksakan diri. Resep ini terutama penting buat mereka yang sakit, misalnya sakit mag, diabetes mellitus, atau hipertensi.
"Kalau (sakit) mag ringan, biasanya dipakai puasa malah membaik. Tapi kalau (sakit) mag berat, sebaiknya hati-hati. Coba dulu, kalau ternyata perih sekali, ya harus dibatalkan," pesan Titi.
Begitu pula penderita diabetes. "Diabetesi ringan biasanya membaik dengan puasa," kata Shahid Athar. Namun, diabetesi yang gula darahnya belum terkontrol harus hati-hati berpuasa.
Begitu kadar gula darahnya anjlok dan berkeringat dingin, ia harus segera membatalkan puasa. Baik Shahid maupun Titi sepakat, penderita diabetes tipe I (yang tergantung insulin) tidak dianjurkan berpuasa.
Sedangkan penderita hipertensi ringan bisa berpuasa seperti orang sehat. Mereka hanya perlu meminta dokter untuk menyesuaikan dosis obat antihipertensi.
Sebagai contoh, untuk menghindari dehidrasi, dosis obat diuretik harus dikurangi. Sebaliknya, penderita hipertensi berat tidak dianjurkan berpuasa.
Demikian juga ibu hamil atau menyusui. Pada trimester (tiga bulan) pertama, si ibu sebaiknya tidak berpuasa, karena masa itu merupakan fase pembentukan organ-organ penting bayi.
Jika kebutuhan nutrisinya kurang, dikhawatirkan masa perkembangan tidak berjalan normal. Menurut Shahid, pada trimester ketiga, ibu hamil juga tidak dianjurkan berpuasa.
Pada trimester kedua, si ibu boleh berpuasa asalkan kesehatannya bagus, dan di bawah pengawasan dokter.
Adapun penderita sakit berat, misalnya sirosis hati, sama sekali tidak dianjurkan berpuasa. Mereka tak punya lumbung glikogen, dan karenanya sangat rentan terhadap penurunan kadar gula darah.
(Baca juga: Sejarah Perintah Puasa: Inilah Puasa Wajib bagi Muslim Sebelum Diwajibkannya Puasa Ramadan)
Resep kedelapan, barengi dengan puasa mental-spiritual. Puasa, kata Rasulullah SAW, bukan hanya meninggalkan makan dan minum, tapi juga menahan diri dari impuls negalif."
Seeara psikologis, hal itu adalah latihan untuk mengendalikan emosi. Bila diamalkan dengan benar, latihan puasa mental-spiritual itu akan membuat jiwa lebih sehat.
Nah, dengan menggabungkan ajaran Nabi dan saran dokter, insya Allah selepas Ramadan nanti, kita bukan hanya menjadi orang yang lebih bertakwa, tapi juga lebih sehat.
(Pernah ditulis oleh M. Sholekhudin pada Majalah Intisari edisi Oktober 2005)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR