Intisari-Online.com - Ketika pada tahun 1990-an Uni Soviet baik secara ekonomi maupun politik runtuh, militer Soviet khususnya Angkatan Udaranya, Voyenno-vozdushnye sily Rossii (VVS) atau Russian Air Force (RusAF) turut terpuruk.
Sebagai negara besar yang diibaratkan seperti Beruang Merah, kondisi Soviet saat itu benar-benar seperti beruang yang kehilangan cakarnya.
Pada 5 Juni 2009 Kepala VVS, Jenderal Nikolai Makarov bahkan secara sarkastik melukiskan pesawat pengebom Rusia hanya bisa dilaksanakan misi pada siang hari dan sasaran yang dibom pun belum tentu kena.
Padahal semasa jayanya saat Perang Dingin masih berkobar VVS merupakan kekuatan udara terbesar kedua di dunia setelah AS.
Baca juga: Rusia-China Gelar Latihan Militer Bersama, NATO dan AS pun Makin Ketar-ketir
Kini setelah 27 tahun berlalu, di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Purin, VVS berusaha menunjukkan cakarnya lagi lewat transformasi organisasi secara besar-besaran dan menghadirkan pesawat-pesawat tempur paling mutakhir.
Perubahan besar-besaran yang dilaksanakan VVS otomatis membuat NATO harus terus siaga karena negeri Beruang Merah itu rupanya sudah bangun dari tidur panjangnya.
NATO yang selama ini merasa nyaman karena Pakta Warsawa telah bubar memang tak bisa tenang-tenang apalagi VVS telah mengaktifkan lagi patroli armada pengebom jarak jauh Tu-160.
Tak hanya itu Rusia berkat dorongan Presiden Putin juga mampu membuat pesawat tempur canggih yang sanggup menyaingi F-22 Raptor, yakni T-50 (Su-57).
Baca juga: Rusia Latihan Militer di Dekat Suriah, Benarkah AS Akan Segera Menyerang?
Transformasi yang sedang berlangsung di tubuh VVS tergolong ekstrim karena unit-unit yang dibentuk merupakan kekuatan agresif seperti ketika Peran Dingin masih berkobar.
Sifat agresif itu bisa dilihat dari bentuknya Komando Tempur Udara Jarak Jauh (Long Range Aviation Command) yang diperkuat oleh beragam pesawat pengebom seperti Tu-22M3, Tu-95MS, dan Tu-160.
Selain itu, status Military Transport Aviation and Long Range Aviation yang semula memiliki komando secara otonomi saat ini statusnya juga sudah berubah.
Source | : | The Aviationist,nationalinterest.org |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR