Advertorial
Intisari-Online.com- Rusia telah memulai latihan angkatan laut di Laut Mediterania.
Tepatnya itu adalah lokasi bagi kapal perang AS untuk menunggu untuk lakukan serangan kimia dan rudal, sebagaimana dikatakan Moskow pada Senin lalu.
Menyusul itu, Rusia mengirim kontingen angkatan laut terbesarnya ke perairan dekat Suriah.
Dilansir dari Newsweek, Rabu (29/8/2018), juru bicara Armada Utara Rusia, Kapten 1st Rank Vadim Serga mengatakan bahwa kapal penjelajah kelas Slava Marshal Ustinov dan pengelompokan kapal lain, termasuk kapal perusak anti-kapal selam Udaloy Severomorsk , telah berlatih menangkal serangan.
Baca Juga:Militer AS Siap Menggempur Suriah, Pasukan Rusia pun Siagakan Su-35 dan Jet Tempur Siluman
Latihan itu dilakukan ketika Kementerian Pertahanan Rusia dan Kementerian Luar Negeri mengklaim bahwa AS dan sekutunya telah bersekongkol dengan militan yang menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad, sekutu Rusia dan Iran.
Sementara AS sudah begitu berupaya menggulingkan Assad, Presiden Donald Trump telah memerintahkan serangan terhadap pemerintah Suriah pada dua kesempatan sebagai tanggapan terhadap dugaan serangan senjata kimia.
AS telah menuduh Suriah menggunakan gas beracun yang membunuh pejuang oposisi dan warga sipil.
Tetapi sekutu Assad, Rusia dan Iran dengan kompak menyangkal tuduhan tersebut.
Baca Juga:10 Meme tentang Bonus Asian Games untuk Bambang Hartono, Kocak Banget!
Pekan lalu, Penasihat Keamanan Nasional John Bolton mengklaim bahwa militer Suriah mungkin mempersiapkan serangan kimia untuk merebut kembali provinsi Idlib.
Ketika ditanya tentang perkembangan terbaru, Menteri Pertahanan James Mattis mengatakan kepada wartawan:
"Departemen Luar Negeri telah aktif berkomunikasi dengan Rusia untuk minta mereka mencegah ini."
"Setiap pemberontakan rezim Rusia atau Suriah di Idlib, kami akan meminta mereka untuk bertanggung jawab," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert.
Baca Juga:Faldy Albar Diduga Meninggal karena Liver, Ini 6 Tanda Liver Anda Dipenuhi Racun
Sementara itu, utusan PBB Rusia Vasily Nebenzya mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa angkatan bersenjata Suriah tidak memiliki senjata kimia apapun.
Lebih jauh, Suriah juga mengklaim tak memiliki alasan untuk menggunakannya.
Seperti yang diketahui, AS dan Rusia sama-sama terlibat dalam pertempuran melawan kelompok militan Negara Islam (ISIS).
Namun mereka mendukung misi saingan untuk mengakhiri konflik tujuh tahun di Suriah itu.
Baca Juga:Penyakit Liver Seperti yang Diderita Faldy Albar Dapat Dideteksi Lewat Tangan, Ini Caranya
Washington mendukung Pasukan Demokrat Suriah, sebuah faksi mayoritas Kurdi yang juga mencakup orang-orang Arab dan komunitas lainnya.
Sementara Moskow (juga Teheran) mendukung militer Suriah dan sekutu lokalnya.
Setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan:"Saya berharap mitra Barat kami tidak akan menyerah pada provokasi (pemberontak) dan tidak akan menghalangi operasi anti-teror."
Sementara diketahui, Rusia sebelumnya mengancam akan membalas dengan kekuatan terhadap serangan AS jika merasa pasukannya di Suriah berada dalam bahaya.