Wangsa pun jadi penganggur, setelah sepuluh tahun mengasuh Priangan.
Sementara itu, di Bandung Jepang menerbitkan Harian Cahaya untuk menjadi corong pemerintah pendudukannya.
Semua wartawan dikumpulkan untuk bekerja di surat kabar yang dipimpin oleh Otto Iskandardinata itu. Tapi Wangsa menolak bergabung.
Ia pergi mencari kerja di Jakarta dan menemukan lowongan di Surat Kabar Asia Raya. Wangsa lalu menjadi koresponden Asia Raya di Bandung.
Sampai Bung Hatta menariknya bekerja di Putera, beberapa bulan kemudian.
Di bawah bimbingan Bung Hatta, Wangsa kemudian benar-benar jadi orang politik. Ceramah-ceramah Bung Hatta memperluas cakrawala pengetahuannya di bidang sosial, ekonomi dan, terutama, dalam soal-soal politik.
Bahkan, setelah ia menjadi sekretarisnya, dua kali seminggu Wangsa mendapat kuliah privat dari Bung Hatta.
Kuliahnya tidak main-main, lengkap dengan tugas-tugas yang harus dikerjakan. Termasuk tugas membaca literatur.
"Buku-buku ini saya kumpulkan dan baca menurut petunjuk beliau," jelas Wangsa sambil menunjuk buku-buku yang berderet rapi di rak yang menutupi sebagian dinding ruang kerjanya.
Baca juga: Des Alwi: Jadi Anak Revolusi Berkat Hatta & Sjahrir
Sering dicaci tamu
Waktu masih jadi sekretaris wapres, Wangsa berkantor di pavilyun gedung kantor wapres di Jl. Merdeka Utara, di samping Istana Merdeka.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR