Intisari-Online.com -Setidaknya, setiap 1,5 jam, ada satu ibu melahirkan yang meninggal dunia di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah usia pernikahan yang relatif sangat muda.
Pada 2010, ujar Kepala BKKBN Surya Chandra Suraparty, dari 100 ribu ibu melahirkan ada 228 ibu yang meninggal. Angka itu ditargetkan turun menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2015.
(Baca juga:Dengan Program EMAS, Kemenkes Berharap Bisa Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi)
“Tapi kenyataannya angkanya semakin meningkat menjadi 359 per 100 ribu kelahiran, yang artinya tiap 1,5 jam, ada ibu hamil melahirkan yang meninggal dunia. Mengapa angkanya tinggi karena KB mulai dilupakan,” ujarnya saat berkunjung ke Kampung KB di Dusun Paeloan, Desa Sumber Baru, Kecamatan Singonjuruh, Senin (17/4).
Seperti disebut di awal, tingginya angka kematian ibu disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya, usia ibu hamil masih muda atau kurang dari 21 tahun, jarak kelahiran terlalu rapat, usia terlalu tua saat melahirkan, serta terlalu banyak anak.
“Satu satunya solusi ya KB. Jadi kami menggalakan kembali program keluarga berencana,” jelasnya.
Sementara itu, Pua Jiwa, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Banyuwangi menjelaskan, pengguna KB di Banyuwangi saat ini cukup tinggi, di atas 71 persen dari 100 pasangan sah usia subur.
“Angkanya memang naik turun tapi masih di atas 70 persen. Untuk KB di Banyuwangi terbanyak menggunakan KB suntik,” jelasnya.
Banyuwangi, sambung Pua Jiwa, menargetkan ada 24 kampung KB di daerahnya dengan satu desa atau dusun di setiap kecamatan.
(Baca juga:Cara Kabupaten Tangerang Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir)
“Indikasi dipilihnya daerah tersebut sebagai kampung KB, salah satunya adalah tingkat pasrtisipasi masyarakat untuk KB masih rendah dibandingkan desa lain di sekitarnya,” pungkasnya.