(Baca juga: ‘Kembaran’ Hitler Ditangkap di Austria)
Pada 1916 ia terluka di kaki. Walau tak bakal mengenyam posisi pimpinan, sang kopral ini toh mendapat penghargaan atas keberaniannya. Betapapun, perang telah memberinya impresi mendalam tentang bagaimana menggunakan kekejaman. Hitler sang artis telah tamat.
Babak baru menantinya. Sesudah perang, dan Jerman kalah, Hitler ditugaskan militer Bavaria menjadi instruktur dalam program indoktrinasi politik bagi pasukan. Sebagai agen politik pihak tentara, ia mengendus adanya kelompok kecil yang menyuntikkan paham nasionalisme ke kalangan buruh. Kelompok ini kelak bernama Nationalsozialistiche Deutsch Arbeiterpartei (NSDAP, atau Nazi).
Segera Hitler menangkap peluang, partai ini bisa memberinya sasaran baru, yakni kekuatan politik. April 1920, ia tinggalkan dinas ketentaraan untuk menjadi kepala propagandis partai ini. Ia kembangkan sistem baru propaganda politik, di antaranya penekanan emosi massa dan provokasi keras. Maka, setahun kemudian Hitler menjadi ketua Partai Nazi dengan kekuatan diktator di tangannya.
Pada 30 Januari 1933, Adolf Hitler ditasbihkan menjadi kanselir Jerman. Puluhan ribu warga Jerman, dengan obor di tangan, berbondong pawai keliling Kota Berlin, lalu menuju Gerbang Brandenburg. Mereka merayakan kemenangan sang pemimpin, yang amat dipercaya, dan menaruh harapan besar padanya. Namun, harapan tinggallah harapan. Baru beberapa bulan memerintah, belang Hitler cepat terlihat.
Seolah mendapat justifikasi dari impian rasialistiknya, Hitler amat mengagungkan teori Darwin. Ia seolah mendapat pembenaran bahwa ras Arya, komponen utama bangsa Jerman, lebih tinggi dari ras-ras lainnya. Bahkan, lebih tinggi dari sesama bangsa Eropa lainnya. Karena itu, ia memimpikan, "Ras Arya akan membangun imperium yang akan bertahan selama seribu tahun!"
Keyakinannya ini menjadi juga keyakinan Partai Nazi. Karenanya, tanpa sungkan, ujug-ujug ia menyerang Polandia, pada 1 September 1939.
Manuver partai “preman”
Seolah memperoleh teman seperjalanan, Hitler melirik ke negeri tetangganya, Italia. Di sana ada Benito Mussolini, yang lahir di Predappio, dekat Forli, Romagna, 29 Juli 1883. Ayahnya, Alessandro, seorang pandai besi, dan ibunya Rosa, guru sekolah. Seperti ayahnya, Benito menjadi sosialis berat. Tahun 1902 ia beremigrasi ke Swis. Karena sulit mencari pekerjaan tetap, akhirnya ia kembali ke Italia. Pada 1908, ia bergabung dengan surat kabar Austria di Kota Trento.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR