Mereka adalah pendukung Trump yang turut serta dalam inagurasi itu. Pelayan kafe itu, Rosalynd Harris, seorang perempuan kulit hitam yang sebelumnya turut dalam Women’s March, unjuk rasa menentang prinsip-prinsip Trump. Terlihat jelas, kedua pihak ini memiliki preferensi politik yang berbeda dan berbeda ras pula.
Namun cerita menarik terjadi di hari itu, walau terpisah dalam perbedaan pilihan politik, mereka tetap memiliki interaksi yang hangat. Bahkan Jason white, memberi tip sebanyak 450 dolar AS pada Harris. Ia menulis note pada Harris, “Kita mungkin berasal dari budaya yang berbeda bahkan memiliki pendapat yang berbeda mengenai berbagai hal. Namun bila semua orang bisa tetap tersenyum ramah dan menunjukkan kebaikan seperti kamu melayani kami, negara kita mungkin akan damai dalam kesatuan”.
Bukan soal uang tip yang ditinggalkan Harris yang menjadi poin utama dari cerita di atas. Namun Harris yang memilih meruntuhkan tembok perbedaan ketimbang membangun tembok lebih tinggi. Kebaikan dan keramahannya membuat White dan teman-temannya merasa diterima di tempat yang sebetulnya bisa saja menolaknya. Harris bisa saja memperlakukan mereka dengan cara yang tidak sopan. Karena begitulah sikap yang umumnya dilakukan di dunia saat ini.
Mengapa kita tidak melakukan hal yang sama seperti ilustrasi di atas ? Suku, ras, agama, status, jabatan, prefensi politik boleh berbeda, tapi bukan berarti perbedaan itu membuat kita membatasi kebaikan dan penghargaan pada orang lain. Jangan karena kita sibuk membangun tembok perbedaan, rusak persatuan dan saling memiliki dengan sesama.
Source | : | https://nymag.com |
Penulis | : | Tika Anggreni Purba |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR