Intisari-Online.com – Tiga ekor kucing tinggal berdampingan. Mereka bersahabat dan selalu bertemu untuk membahas masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama.
Ketiga kucing itu berwarna putih, hitam, dan cokelat. Suatu hari kucing hitam berpendapat bahwa warnanya adalah yang terbaik karena ia bisa bersembunyi di cahaya redup dan menerkam mangsanya tanpa mendapat perhatian musuhnya. Ia menambahkan, bahwa warna putih dari temannya adalah kelemahan karena tidak bisa menangkap mangsa dalam cahaya redup.
Kucing putih menjawab bahwa putih adalah warna yang mulia karena kombinasi dari semua warna dan simbol kesucian. Ia menambahkan bahwa hitam adalah tidak adanya warna apapun. Ketika perselisihan menjadi tidak terkendali, kucing berwarna cokelat turun tangan. Ia berkata, “Aku akan menceritakan sebuah kisah. Dengarkan baik-baik, dan kemudian putuskan mana yang merupakan warna yang lebih baik.” Kucing cokelat itu pun menceritakan sebuah kisah.
“Sebelum penciptaan kucing, Tuhan membuat model kucing menggunakan tanah liat. Kemudian ia menempatkan mereka satu per satu dalam api untuk memperkuat dan mengeraskannya sebelum menanamkan dalam kehidupan mereka. Ketika ia memperkenalkan model pertama dalam tungku, ia tidak tahu waktu optimal untuk pengerasan. Ia terus mengerjakan untuk waktu yang lama dan itu bisa hangus dan lebih terbakar. Itulah mengapa kucing “hitam” diciptakan. Ia belajar bahwa model hitam itu tetap hidup. Jadi, semua kucing hitam adalah keturunannya. Lain kali, Tuhan sangat berhati-hati untuk menghindari pemanasan berlebihan. Jadi ia mengangkat model dari tungku sedikit lebih awal agar tidak overheating. Model itu dibakar sebentar dan berwarna putih. Jadilah keturunan kucing-kucing putih itu berasal darinya. Sekarang Tuhan menjadi mahir dalam seni dan ilmu pengerasan model. Jadi, percobaan ketika berhasil dan model telah diangkat setelah pemanasan yang benar. Kucing itu sempurna dan memiliki warna cokelat yang indah. Semua kucing cokelat, termasuk saya, adalah keturunannya. Kami dipanaskan dan mengeras dengan benar untuk waktu dan suhu optimal. Sekarang kalian tahu siapa yang merupakan hasil ciptaan yang sempurna.”
Kisah itu membuat kucing hitam dan putih merasa geli, meskipun mereka tahu bahwa cerita itu adalah fiktif. Mereka pun menghentikan pertikaian dan berteman kembali, menyadari bahwa penampilan luar tidak berarti dan bahwa tidak ada yang akan menang dalam perdebatan.
Orang telah berjuang tanpa berpikir, sepanjang sejarah manusia, berdebat tentang keunggulan satu ras atas orang lain. Orang mungkin berbeda dalam karakteristik dan kualitas seperti kasta, karakter, pesona, kognisi, warna, komunitas, kulit, penampilan, keberanian, keyakinan, budaya, dan adat istiadat. Tetapi ia adalah atap dan memahkotai kreasi dan pekerjaan mulia Tuhan. Kita harus menghargai persatuan dalam keberagaman dan harmoni dalam berbagai perbedaan.