Penggunaan tembakan meriam dalam pertempuran membuat kinerja gajah agak terpinggirkan.
Baca Juga: Inilah Subutai, Si 'Anjing Perang' dari Kekaisaran Mongol yang Terlupakan
Pada awal 1500-an, gajah mulai menghilang dari pertempuran besar di Asia tengah selatan.
Secara tradisional, gajah perang digunakan untuk menyerang garis musuh.
Mereka bisa menabrak dinding-dinding infanteri yang tampaknya tak tertembus.
Dapat mengobrak-abrik formasi musuh, menyerbu dan memotong prajurit dengan senjata di gadingnya.
Ketika gajah diserang mereka juga akan cenderung tersulut amarahnya, sehingga menggugah kekuatan penghancuran untuk bangun.
Baca Juga: Menjadi Tsar Pertama Rusia, Ini 7 Fakta Menarik Ivan 'the Terrible'
Yang paling penting adalah bahwa keberadaaan gajah dapat menyerang musuh secara psikologis.
Karena kemashyurannya telah menjadi teror yang membuat musuh berputus-asa.
Faktor utama yang membuat peperangan gajah bertahan lama juga karena mereka sangat membantu dalam peperangan sebelum teknologi secanggih sekarang.
Baca Juga: Inilah Zenobia, Ratu Pemberontak yang Memukul-Hancurkan Legiun Romawi yang Legendaris Itu
Mereka dapat dijadikan jembatan atau alat pengangkut material jarak jauh.
Namun, mereka akan paling diingat atas kontribusi dapat menghancurkan musuh dalam medan perang.
Berbeda dengan dahulu, sekarang kita hanya dapat membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang prajurit menghadapi makhluk raksasa yan marah dan sangat mengacaukan.
Source | : | thedrive.com |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR