Jay lalu menunjukkan surat yang dibuat Jim untuk Stacey, tak lama setelah liburan itu: “I love you Stacey, I really do ... I just wish every day could be the same as the last. In spending the time together that we did just reinforced in me just how strong our emotions and feelings for each other really can be.”
Jim sendiri, di persidangan menegaskan, ia tidak pernah terobsesi untuk membunuh Ed.
“Proses gugatan cerai Stacey masuk ke pengadilan jauh sebelum kedatangan Ed.” Ia menolak kesaksian Stacey yang menyebut dirinya pernah mengancam keselamatan Ed Schiller. Tentang Scott, Jim bilang, dia hanya minta Scott untuk menakut-nakuti Ed, agar menjauh dari Stacey. Itu pun ongkosnya hanya AS$2.000, dengan uang muka AS$1.000. Jadi, bukan AS$10 ribu seperti disebutsebut Nancy.
“Tapi karena tak terlihat hasilnya, saya minta uang itu dikembalikan, sehingga otomatis perjanjian kami batal. Saya juga katakan, hubungan saya dan Stacey mulai membaik. Tak ada lagi yang perlu dia lakukan sekarang.” Saat itu, Scott hanya minta Jim bersabar. Sampai akhirnya, Jim shock berat ketika mendengar kabar Ed dibunuh.
“Scott, polisi menginterogasi saya karena pembunuhan itu,” ucap Jim di telepon.
“Well, bukankah Anda justru terbebas dari masalah sekarang?”
“Apa maksud kamu?”
“Bayar saja sisa honornya yang 1.000 dolar lagi.”
“Bukankah kamu yang harusnya mengembalikan uang muka saya? Perjanjian kita batal.”
Tapi Scott tetap ngeyel. “Jim terlibat dengan orang yang salah dan di tengah perjalanan ia menyadari hal itu. Sayangnya, sudah terlambat untuk berhenti. Scott terlalu sulit untuk dikendalikan,” tutup Jay.
Di acara pembacaan vonis, suasana menegang. Semua menanti, siapa yang dianggap berbohong dan paling bertanggung jawab di mata Juri: Jim Brescia atau Scott Foxworth? Sayangnya, di sidang hari terakhir itu, Jim Brescia tak tampak di ruang sidang. Dari hari ke hari, kondisi Jim memang kian memprihatinkan. Di beberapa persidangan terakhir, dia bahkan tak mampu menangkap makna pertanyaan pembela maupun penuntut umum.
”Maaf, saya tak mengerti maksud Anda …,” begitu sering terdengar jawab an Jim.
Kebohongan demi kebohongan membuat otak Jim susah membedakan khayalan dan kenyataan. Hari terakhir, ia mesti masuk rumah sakit akibat serangan stroke. Entah, apakah keputusan Juri yang mengganjar pelaku dengan hukuman bui seumur hidup (setahun kemudian, Scott juga diganjar hukuman yang sama), bisa dimengerti oleh Jim. Jim mungkin tak sempat lagi memikirkan soal hukuman penjara, karena ia telah dihukum oleh pikiran-pikirannya sendiri. Yang amat membingungkan.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR