Intisari-Online.com – Sebagai orang Jawa, tradisi ngeteh di pagi dan sore hari, rasanya sulit untuk ditinggalkan.
Secangkir teh dengan tiga sendok kecil gula pasir atau sebongkah gula batu, hem.. rasanya nikmat sekali, apalagi ditemani pisang goreng, ubi goreng, atau singkong goreng.
Namun, beberapa hari belakangan Ibu mengingatkan, “Jangan kebanyakan minum yang manis-manis lo, nanti diabetes.”
Diabetes selama ini dikenal sebagai penyakit yang identik dengan kelebihan gula. Maka yang sering kita dengar – jika tidak ingin mengidap diabetes – adalah anjuran “hindari gula dan semua makanan yang manis-manis.”
Bahkan juga disarankan untuk membatasi konsumsi nasi, roti, pasta, serta berbagai makanan sumber karbohidrat lainnya, yang bersifat melonjakkan kadar gula darah dengan cepat.
Padahal, seperti dikatakan dr. Budiman Darmowidjojo, Sp.PD, dari Divisi Endokrinologi dan Metabolisme Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, Jakarta, pada sebuah seminar, diabetes tidak berhubungan dengan kebanyakan makan gula.
Seseorang didiagnosis diabetes ketika tubuhnya tidak cukup menghasilkan insulin atau tidak menggunakan insulin yang ada dengan benar. Jadi, tidak benar penyakit ini timbul karena kebanyakan makan makanan manis.
Dalam keadaan normal, sehari-hari orang membutuhkan nutrisi yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Karbohidrat diperlukan untuk energi dan setiap gramnya mengandung 4 kalori. Protein dibutuhkan untuk membangun otot-otot dan jaringan, di samping untuk membangkitkan energi.
Tiap gram protein mengandung 4 kalori. Lemak juga diperlukan untuk membangkitkan energi.
Setiap gram menghasilkan 9 kalori dan sebagian disimpan untuk kebutuhan di kemudian hari.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR