Intisari-Online.com – Syall Simon, duduk di kursi roda. Ia mengidap penyakit yang mematikan dan tinggal menunggu waktu. Dia lebih banyak diam dan meratapi nasibnya.
Pada suatu hari, dilihatnya beberapa anak kecil yang berlarian. Anak-anak itu tertawa riang dan tidak terlihat raut kesedihan di wajah mereka.
Seorang anak menendang bola dan masuk ke dalam kamar Simon. Anak itu berlari menemui Simon untuk meminta bolanya.
“Hai, aku ingin bolaku,” kata anak itu.
“Aku Simon, aku tak bisa secepatnya mengambilkan bolamu karena aku berada di atas kursi roda,” kata Simon.
“Panggil aku Dion… Kau sakit Simon?”
“Ya, dokter bilang umurku tinggal sebentar lagi.”
“Kau sedih karena kau akan mati?”
“Tentu saja.”
“Nikmatilah hidupmu seperti aku menikmati hidupku… Kau tak bertanya mengapa kepalaku botak?”
“Oh, aku baru saja menyadarinya… Ada apa dengan kepalamu?” tanya Simon.
“Aku mengidap kanker otak. Aku akan mati, itu yang dokter bilang setahun silam. Tapi nyatanya aku masih bisa tertawa hingga saat ini. Berserahlah kepada Tuhanmu Simon, karena hidup dan mati hanya di tangan-Nya. Bersyukurlah bila kau masih bisa bernapas pada hari ini dan bergembiralah bersama kami.”
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR