Begitu teknologi televisi tiba di Adelaide tahun 1957, ia pun mulai berkiprah di dunia hiburan elektronik ini, sambil terus mencari mangsa penerbitan yang semakin besar. Inilah masanya ia mulai beraksi di Sydney. Di kota inilah terbentuk Rupert Murdoch seperti yang kita kenal sekarang. Di sini ia mulai meletakkan dasar-dasar penerbitan yang terpadu: ada koran, buku, percetakan, dan televisi. Di sini pula dengan bersaing kian keras dan kejam, ia mengasah nalurinya pada massa sebagai pasar.
Tahun 1963, Australia sudah terasa sumpek baginya. la pun membeli 28% saham Asia Magazine di Hongkong. Keputusan untuk membeli itu dibuatnya hanya beberapa saat. Tahun berikutnya, ia merebut Dominion, koran besar di Selandia Baru, dari calon pembeli yang jauh lebih besar dan bergengsi, kelompok Thompson dari Kanada.
Namun barangkali 14 Juli 1964 adalah salah satu saat paling bahagia dalam kehidupan Rupert Murdoch. Hari itu diluncurkan Australian, koran yang 100% lahir dari tangannya. Koran ini tak cuma koran nasional yang pertama di Australia, tapi juga koran yang serius. Meminjam istilah Murdoch sendiri: tidak ngepop. Sampai bertahun-tahun Australian yang terbit di Canbera ini merugi.
Banyak yang mengatakan, koran ini terbit karena Murdoch ingin menyenangkan hati ibunya, yang baru saja memperoleh gelar kehormatan Dame of The British Empire atas jasa-jasanya di bidang sosial. Dame Elisabeth kabarnya agak malu koran-koran norak milik putranya, terutama Sydney Mirror, la bahkan membanding-bandingkan itikad dan tingkah lakunya dengan sang ayah. Tapi ketika ditanya tentang hal itu, Rupert menjawab "That's bullshit. Seandainya saya memperoleh ide dari orang lain, pastilah justru itu dari ayah saya."
Sementara dia memantapkan diri sebagai kekuatan nasional di Australia, waktunya untuk keluarga semakin berkurang. la lebih sering berkumpul dengan teman-teman dibandingkan dengan keluarga. Ia suka minum-minum, meski jarang sekali sampai mabuk. Pada masa Australian baru dimulai, pernah Rupert dengan dua orang wartawan (salah seorang redaktur senior) pergi minum-minum. Dalam perjalanan pulang dengan taksi, si redaktur muntah-muntah di atas tubuh bosnya yang sedang tertidur nyenyak.
Keesokan harinya Rupert memanggil si redaktur. Dengan nada menyesal ia mengatakan, "Semalam pastilah saya terlalu banyak minum sampai sekujur tubuh penuh dengan muntahan sendiri."
Rupert mempunyai kapal pesiar bernama Nina yang biasa dipakai bersama kawan dan rekan bisnisnya. Tak ada cara bersantai yang lebih cocok bagi seseorang yang demikian kompetitif selain berlomba. Dengan kapal itu ia ikut beberapa kali lomba menempuh jarak Sydney-Hobart. la juga ikut lomba berkuda, terbang dengan pesawat kecil secara ugal-ugalan, dan memancing ikan dengan serangga di Snowy Mountain.
Mendarat di Fleet Street dengan murah
Kemudian Rupert jatuh cinta pada AnnaTorv, seorang reporter magang di Daily Mirror. Seperti Pat, Anna juga berasal dari keluarga pas-pasan. Perkawinannya dengan Pat bubar dan Murdoch memenangkan perwalian atas Prudence putri satu-satunya. Murdoch kemudian menikahi Anna pada tahun 1967.
Sudah lama si raja kecil dari Australia ingin mencoba peruntungan di FleetStreet, dunia persuratkabaran Inggris. Yang diincar koran Daily Mirror, tempat magangnya bertahun lalu. Tapi musim gugur 1968 yang terbuka untuk dibeli adalah koran lain yang tak kalah menariknya, News of the World (News), yang sering dipelesetkan jadi News of the Screws. Spesialisasi koran Minggu ini adalah berita-berita tentang imam yang hot, kepala sekolah yang bernafsu besar, permainan ranjang bertiga, atau pencurian pakaian dalam. Toh saat itu oplahnya turun dari 8,5 juta pada tahun 1950 menjadi 6 juta saja.
Sejak tahun 1890-an, pemilik saham terbesarnya keluarga Carr. Sementara sudah 50 tahun Sir Elmsey Carr menjadi redaktur, kedudukan pimpinan perusahaan sudah 16 tahun dipegang oleh anaknya, Sir William. Keluarga Carr merasa aman karena memegang 27% saham. Tapi ada saudara sepupu mereka, Profesor Derek Jackson yang memegang 25% saham. Profesor yang brilian tapi nyentrik ini hidup di Prancis untuk menghindari pajak bersama istrinya yang ke-6.
Selain karena sudah terasing dari keluarga, ia ingin menjual saham yang dianggapnya kurang menguntungkan itu. Berhubung penawaran harga Sir William dianggap terlampau rendah, ia mencari pembeli dari luar. Sudah tentu Sir William jadi kebakaran jenggot. Apalagi ia amat tidak suka kepada calon pembeli yang sudah ditemukan, Kapten Robert Maxwell. Selain tak percaya pada kepribadiannya, Maxwell anggota parlemen dari partai buruh, bukan konservatif seperti aliran keluarga Carr dan News.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR