Selepas Geelong, Rupert magang dulu di Herald, sebelum pada musim panas 1950 berangkat ke Oxford, Inggris, untuk belajar di Worcester College. Sementara itu pada tahun 1949 ayahnya pensiun dari jabatan sebagai direktur utama Kelompok Herald. Keith pun mulai mengonsolidasikan surat kabar miliknya sendiri, yang kelak ingin ia wariskan pada Rupert.
Namun dengan berjalannya waktu, Sir Keith semakin sakit-sakitan dan khawatir. Walaupun ia yang membesarkan Kelompok Herald, penghargaan yang diperoleh dirasa belum memadai. Terlebih lagi, ia belum merasa cukup meninggalkan dana bagi keluarga. Maka dijualnya saham miliknya di Herald yang sudah tak seberapa untuk membeli lebih banyak saham koran Adelaide News. Rupert tahu ayahnya menyadari, anaknya tak mungkin punya peluang di Herald, karena sahamnya di sana kecil. "Saya kira ia ingin saya masuk bidang kewartawanan," katanya.
Terus terang Rupert mengakui, ia bukan mahasiswa yang baik. Sengaja ia memilih mata kuliah politik, ekonomi, dan filsafat karena kuliah di bidang-bidang itu yang paling santai. "Saya menikmati kebebasan, suasana intelektual yang penuh semangat, pergi berjalan-jalan ke kelab," ujarnya. Kamarnya salah satu yang terbaik di sekolah. la pun memiliki mobil, padahal waktu itu jarang sekali seorang mahasiswa undergraduate (S1) mempunyai mobil. Anehnya, ia terkenal beraliran sosialis. Untunglah tidak ada yang pernah memandang serius aliran politik Rupert. Namun kombinasi antara kekayaan, keangkuhan dan Marxisme membuatnya tidak gampang disuka.
Di lingkungan akademik Oxford, pembimbing utamanya Asa Briggs, yang mengajar mata kuliah politik. Belakangan Briggs menjadi salah satu tokoh intelektual, akademisi dan siaran radio yang berani di Inggris. Di luar Oxford, keluarga Rohan Rivett-lah teman terbaik Rupert. Mereka amat sering bertemu dan pernah berwisata bersama di daratan Eropa. Kepada Sir Keith, Rivett pernah menulis, "Rupert akan dengan mudah mencetak satu juta dolarnya yang pertama. Narasumber dan kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan sangat hebat."
Tidak hanya pengaruh politiknya, kekuatan fisik Keith pun semakin memudar. Setelah 20 tahun menderita penyakit jantung, antara tanggal 4 dan 5 Oktober 1952, Keith Murdoch meninggal dunia dalam tidurnya. Di dalam wasiatnya, Keith menginginkan agar Rupert mengabdikan diri pada kegiatan jurnalistik dan menduduki jabatan yang penuh tanggung jawab.
Rupert mendapatkan sebagian besar Crude Invesment, perusahaan keluarga yang memiliki saham di Adelaide News dan Brisbane Courier-Mail. Rupert ingin sekali mempertahankan Adelaide News dan Brisbane Courier-Mail, tetapi ibu, kakak, dan adiknya tidak sependapat. Malah Helen belakangan menjual saham keluarganya atas Brisbane Courier-Mail kepada Herald. Ini membuat Rupert yang berada jauh di Oxford amat kesal. Apalagi keputusan Helen itu amat dipengaruhi oleh Harold Giddy, yang selain ketua dewan perwalian yang dipercayai mengurus warisan Sir Keith, juga dedengkot Herald.
Kemenangan pertama
Sementara menyelesaikan ujian-ujiannya, dari seberang samudera Rupert semakin memikirkan Adelaide News. Surat-suratnya kepada Rohan Rivett yang sudah beberapa lama menjadi redaktur Adelaide News menampakkan feeling bisnisnya yang kuat. Sambil belajar ia terus memikirkan strategi untuk mengalahkan Adelaide Advertiser milik Kelompok Herald, saingannya.
Setelah lulus Rupert tidak langsung pulang. la magang dulu di koran Daily Express yang disebut-sebut tempat belajar terbaik untuk "seni jurnalisme hitam". Pemiliknya adalah Lord Beaverbrook. Dalam suratnya kepada Rivertt, Rupert menyebut kantor Daily Express "rumah pelacuran Beaverbrook". la menikmati magang di sini dan pastilah banyak belajar dari Beaverbrook.
Daily Express adalah koran nakal dengan penyuntingan menarik, gaya berbau rasial, dan judul-judul yang mengejutkan. Tentulah Lord Beaverbrook merupakan contoh kongkret bagi Murdoch muda bahwa cara terbaik menjalankan koran adalah dengan menguasai saham terbesar.
Pada awal September 1953, di usia 22 tahun, Rupert pulang ke Australia untuk terjun menangani warisannya, Adelaide News. Itulah awal dari rangkaian pertarungannya yang akan berlangsung seumur hidup melawan orang lain dan dunia.
Ketika Rupert Murdoch muncul di kantor Adelaide News yang kecil bercat putih di seberang rel kereta api, ia disambut oleh Rohan Rivett yang sudah hampir dua tahun menjadi redaktur di sana. Rivett sedang kembang kempis mempertahankan oplah yang terpatok pada angka 75.000. Namun prioritas Rupert saat itu adalah menghadapi ancaman Adelaide Advertiser. Pertarungannya bakal mirip pertarungan antara Daud dan Goliat, karena tak cuma oplahnya dua kali lebih besar, organisasi saingannya itu jauh lebih besar.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR