Alkisah sebelum Rupert pulang, Sir Lloyd Dumas, pemimpin umum koran tersebut, mengunjungi Elisabeth Murdoch, la berujar, "Sebenarnya berat bagi saya, namun berhubung dewan direksi mendesak ... saya datang untuk memberi tahu bahwa kami akan menerbitkan koran minggu, menyaingi koran Anda." Koran Minggu Adelaide News bernama Sunday Mail. Dumas tahu ini ancaman amat besar bagi mereka. Yang ia lakukan sebenarnya ia sedang menekan keluarga Murdoch untuk menjual korannya. la bahkan menawarkan harga £ 150.000.
Namun Rupert berang berat. "Mereka mau memanfaatkan Ibu. Coba Ayah masih ada, pasti mereka tak berani." Si Daud pun nekat melawan. Sebagai serangan pembukaan, Rupert dan Rivett mempermalukan Sir Lloyd Dumas dengan menerbitkan surat tawarannya yang ditolak itu.
Perang oplah berlangsung selama hampir dua tahun, sampai akhirnya Sir Llyod Dumas mengalah. Tahun 1955 mereka melakukan merger, masing-masing memperolah 50% saham. Karena pihak Sir Llyod tak lagi menghasilkan koran Minggu, sedangkan pihak Rupert memperoleh pembayaran untuk pengolahan hasil merger itu, maka boleh dikatakan Sunday Advertiser lenyap. Inilah kemenangan Rupert yang pertama.
The Boy Publisher
Energi Rupert yang menggebu-gebu mengagetkan staf Adelaide News. Tidak ada proses pembuatan koran yang lepas dari pengamatannya. Setiap hari orang dapat melihat sosok Murdoch yang gemuk berseliweran di Adelaide. Di kantor lengan kemejanya selalu tergulung dengan tangan ternoda tinta. Entah itu harga iklan atau huruf-huruf di mesin cetak, semua dipelajarinya.
Penduduk kota Adelaide, bahkan warga negara bagian lain menyebutnya The Boy Publisher. Rupert selalu tampak tergopoh-gopoh, pelupa dan setiap mampir di kediaman Rivett atau Boland (redakturnya) selalu mengangkut kemeja-kemeja dengan kancing terlepas yang perlu dijahit. la menyukai pesta, malah di kantor memprakarsai tradisi pesta tahun baru gila-gilaan, yang biasanya ditutup dengan permainan judi.
Namun Rupert yang selalu mau tahu, selalu ingin melakukan perubahan, dan selalu turut campur membuat anak buahnya lelah. Bagaimanapun, oplah mereka meningkat.
Pada tahun 1956, si Daud menikah dengan Patricia Booker, mantan pramugari dan pegawai toserba di Adelaide yang pirang dan cantik. Keluarga Murdoch di Melbourne menganggap pernikahan itu terjadi hanya karena Rupert kesepian. Maklumlah, kala itu Adelaide masih dipandang kota sepi yang terbelakang. Pasangan itu mempunyai anak perempuan bernama Prudence yang lahir tahun 1959.
Kebahagiaan mereka tidak bertahan lama, sebagai akibat dari gebrakan-gebrakan Rupert yang terus melebarkan sayap perusahaan. Bagaikan kolektor, ia asyik "berbelanja". Di Melbourne ia membeli Southdown Press, penerbit majalah, kemudian New Idea, majalah mingguan wanita.
Di Perth ia membeli koran The Sunday Times, sehingga kini ia memiliki dua koran. Padahal Perth itu cukup jauh, sehingga setiap Jumat ia harus terbang ke sana untuk menguleni dan mencetak koran itu sesuai kemauannya. Tanpa ba-bi-bu dipecatnya orang yang tak ada harapan, lalu ia datangkan redakturdari Adelaide. Koran itu akhirnya menjadi sensasional dan laris. Bahkan menurut Thomas Kiernan, penulis biografi yang paling kritis terhadap Murdoch, di sanalah lahir jumalisme Murdoch: judul-judul yang membuat orang melotot, biasanya tidak menuruti tata bahasa: "Penderita Lepra Perkosa Perawan, Lahirkan Bayi Monster".
Kemudian giliran koran kecil di tempat terpencil dilalapnya: Darwin, Alice Spring di jantung gurun Australia, dan Mount Isa, sebuah pertambangan di Queensland. Setelah itu langkahnya tak tertahankan lagi.
Dimuntahi redaktur
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR