Sonneborn di Belakang Layar
Kroc menciptakan citra yang baik bagi McDonald's di masyarakat luas. Namun, selain Kroc, ada orang lain di belakang layar yang tidak kurang pentingnya, yaitu Harry J. Sonneborn yang jauh lebih muda. Dia mengurusi segi keuangan dan kemudian menjadi presiden perusahaan.
Persoalan paling besar untuk memulai suatu kemitraan dengan para franchisee ialah membeli tanah dan membangun gedung berwarna merah-putih. Andaikata Kroc bersedia menjual banyak franchise sekaligus di suatu daerah yang luas, ia bisa menarik investor kuat untuk membangun gedung-gedung itu.
Namun, ia cuma memberi franchise pada satu toko setiap kali supaya bisa mengontrol kualitasnya dengan lebih baik. Jadi, dari mana franchisee bisa mempunyai uang AS $ 30.000 untuk mendapat toko seluas 0,69 ha atau AS $ 40.000 untuk membangun gedung?
Sonneborn menyarankan jalan keluar yang sederhana. McDonald's harus membentuk perusahaan real estat sendiri yang diberi nama Franchise Realty Corporation. Tugasnya ialah mencari tempat dan menyewanya dari pemilik tanah yang mau membangun unit McDonald's. Franchise Realty akan membuat kontrak 20 tahun dengan pemilik tanah. Gedung itu kemudian disewakan kepada franchisee. Dengan cara itu, laba bisa diramalkan. McDonald's menolak permintaan para pemilik tanah untuk mendapat bagian dari omzet penjualan. Mereka hanya mau membayar sewa bulanan menurut pasaran di daerah itu yang berkisar antara AS $ 500 - 600. Namun, McDonald's meminta persentase dari hasil penjualan para franchisee, ditambah sewa gedung yang sudah ditambah bunga pinjaman dan biaya lain.
Franchise Realty juga menghasilkan uang tunai langsung. Begitu McDonald's mulai menyewakan gedung, franchisee harus membayar uang jaminan AS $ 7.500. Separuhnya akan dikembalikan pada tahun kelima belas dan sisanya pada tahun terakhir dari masa 20 tahun franchise. (Uang jaminan itu kemudian dinaikkan). Uang itu bisa dipakai oleh McDonald's untuk membeli tanah dan membangun gedung lagi.
Pada akhir tahun 1960, perusahaan itu mempunyai 228 unit yang beroperasi, jauh lebih banyak dari rangkaian perusahaan hamburger lain waktu itu. Namun, nilai bersihnya hanya AS $ 95,000. Ray Kroc sendiri belum menerima gaji dari McDonald dan hanya menerima AS $ 1.000 sebulan dari Prince Castle dan AS $ 500 lagi dari tokonya di Des Plaines. Sonneborn menerima gaji paling tinggi, yakni AS $ 27.500 sebagai presiden suatu perusahaan yang mempunyai karyawan 40 orang. Gaji eksekutif lain juga rendah. Fred Turner sebagai wakil presiden operasi mendapat AS $ 10.500.
Biarpun gaji kecil, kadang-kadang terjadi kepanikan kalau sudah mendekati hari pembayaran gaji. Kebijakan real estat Sonneborn memang menghasilkan banyak, tetapi tidak bisa mengikuti biaya sumber daya manusia yang bertambah terus untuk mendukung perbaikan operasional dan investasi real estat.
Sonneborn yakin mereka perlu masuk ke pasar modal kalau mau membuat rangkaian restoran nasional. Tidak mungkin membuat toko satu per satu seperti saat itu. Sonneborn kini ingin mendapat pinjaman AS $ 1 juta. McDonald's tidak memerlukan uang sebanyak itu, tetapi ia ingin memperolehnya untuk menaikkan gengsi.
Kesempatan itu datang ketika Sonneborn bertemu dengan Milton Goldstandt, orang yang mempunyai hubungan baik dengan cukong-cukong kakap. Milton tertarik dan memanggil bintang baru dalam kelompok investasinya, Fred Fedelli, yang berusia 29 tahun. Fedelli yakin McDonald's bisa membayar kembali pinjaman. Namun, yang paling merangsang ialah kesediaan McDonald's untuk memberi 20% dari saham McDonald's kalau mereka mau memberi pinjaman.
Fedelli terbang ke Midwest untuk mengunjungi 20 toko McDonald's. la sangat terkesan karena dengan uang kurang dari AS $ 50 sen orang bisa minum, makan kentang goreng, dan hamburger di McDonald's. Restorannya pun bersih dan larisnya bukan main.
Berkat saran Fedelli, Milton kemudian merekomendasikan pinjaman itu kepada komite penanaman modalnya. Pinjaman AS $ 1,5 juta kepada McDonald's lunas 15 tahun kemudian. Para peminjamnya mendapat untung besar dari saham-saham bagian mereka.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR