Advertorial
Intisari-Online.com -Karl Doenitz lahir di kota Grunau dekat Berlin, Jerman, pada 6 Maret 1895.
Sebagai prajurit tulen di satuan AL Jerman dan terlibat peperangan baik pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II, semasa hidupnya Doenitz pernah menjadi tawanan perang (Prisoner of War/POW) sampai dua kali.
Dari sisi sejarahnya, Doenitz mulai bergabung dengan AL Jerman (German Imperial Navy) tahun 1910 dan pada PD I Doenitz mengawaki kapal perang penjelajah ringan SMS Breslau di Laut Mediterania.
Dalam tugas perang melawan Rusia, Doenitz berhasil menunjukkan prestasinya. Pangkatnya pun dinaikan, tak lama kemudian ia pun ditugaskan sebagai awak kapal selam.
Pada Oktober 1918, Dalam PD I Jerman mengalami kekalahan dan Doenitz ditangkap pasukan Inggris serta harus menjalani hukuman kerja paksa di Inggris sampai Juli 1919.
Sewaktu sudah bebas dan pulang ke negaranya, Doenitz melanjutkan kariernya di AL dan menjadi komandan kapal torpedo. Selanjutnya komandan kapal penjelajah, Emden.
Ketika sudah menyandang pangkat kapten, Doenitz dipercaya memimpin satuan kapal selam 1st U-Boat Flotilla, Wediggen.
Sebelum Jerman melancarkan perang dan memicu PD II, Doenitz merupakan aktor dan perancang utama strategi perang AL Jerman.
Strateginya yang terkenal spektakuler adalah menyergap kapal-kapal dagang Inggris yang sedang melintas di Lau Utara.
Rupanya Doenitz begitu menaruh dendam kepada Inggris yang pernah menahannya di kamp kerja paksa.
Baca juga:Misteri Kapal Selam U-BOAT 65 Saat Perang Dunia: Sial Sejak Awal, Berakhir Tragis
Akibatnya, banyak kapal-kapal dagang yang ditenggelamkan oleh armada U-Boat Doenitz.
Ia bahkan sampai mendapat julukan sebagai ‘monster penjagal maut di Laut Utara’.
Taktik yang diterapkan Doenitz meskipun terbilang licik tapi terbukti berhasil gemilang.
Pasalnya U-Boat menyerang kapal-kapal dagang yang tidak bersenjata dan juga tidak menggubris korban hidup yang masih terapung-apung di laut.
Jika ada kapal Nazi yang berniat menolong korban U-Boat, semua awak kapal yang berhasil diselamatkan kemudian diperlakukan sebagai tawanan perang.
Para tawanan yang sudah dipreteli hartanya itu lalu dibawa ke Jerman untuk dijadikan tenaga kerja paksa.
Tujuannya adalah sebagai aksi balas dendam seperti yang pernah dialami Doenitz ketika ditawan oleh Inggris.
Perekonomian Inggris sendiri nyaris lumpuh karena kapal-kapal logistiknya banyak sekali yang dikaramkan oleh kapal–kapal U-Boat.
Apalagi kapal-kapal selam U-Boat selalu menerapkan stategi yang mematikan ketika sedang ‘berburu’ kapal-kapal dagang.
Strategi paling ampuh yang diterapkan Doenitz adalah ketika melancarkan sergapan dengan U-Boat modern tipe VII dan taktik menyerangnya dengan cara berkelompok(wolf pack).
Baca juga:Untuk Pertama Kalinya, Inggris Buka Pangkalan Militer Permanen di Timur Tengah, Ini Lokasinya
Keberhasilan Doenitz membuat Hitler percaya penuh dan menyerahkan pembangunan kapal selam sebanyak mungkin kepadanya.
Selain pangkatnya naik, Doenitz juga dipercaya Hitler menduduki jabatan Komandan AL Nazi Jerman (Kriegsmarine) menggantikan seniornya Laksamana Raeder.
Begitu percayanya Hitler pada Doenitz, ketika Hitler memutuskan bunuh diri, jabatan Fuhrer sempat digantikan oleh Doenitz selama kurang lebih 20 hari.
Di tengah kehancuran Jerman, Doenitz bahkan sukses merancang draft penyerahan Jerman kepada Sekutu.
Doenitz krmudian dipenjara sebagai tawanan perang dan oleh pengadilan Nuremberg diganjar hukuman 10 tahun.
Setelah bebas Doenitz tinggal di sebuah desa kecil dekat Hamburg dan mengisi waktunya dengan menulis dua buku: Ten Years and Twenty Days dan My Ever-Changing Life.
Doenitz meninggal dunia pada 24 Desember 1980 di usia 83 tahun karena serangan jantung.
Pada upacara pemakamannya, pemerintah Jerman melarang menyelenggarakan upacara pemakaman secara militer terhadap mantan Laksamana Besar (Grand Admiral) Nazi yang menjadi penjagal di Laut Utara itu.
Tapi uniknya para petinggi AL dari berbagai negara, termasuk Inggris malah datang ke acara pemakaman mengenakan seragam militer untuk memberikan penghormatan terakhir terhadap Doeinitz.
Sebagai sesama pelaut mereka rupanya masih menghormati Doenitz yang gigih bertempur sebagai seorang prajurit di lautan dan tidak mempedulikan bahwa Doenitz adalah mantan petinggi Nazi yang paling dipercaya oleh Hitler.