Advertorial
Intisari-Online.com - Ernst Rohm lahir pada 28 November 1887, di Munich.
Rohm bergabung dengan Partai Buruh Jerman, yang kemudian dikenal sebagai Partai Buruh Sosialis Nasional Jerman, dan yang akhirnya berubah menjadi Partai Nazi.
Dia merasa bahwa Republik Weimar (partai yang berkuasa) lemah.
Dia merasa bahwa partai politik tradisional tidak berhubungan dengan apa yang paling dibutuhkan Jerman.
Baca Juga : Soal Fenomena Pacaran Lama Tapi Tak Berakhir di Pernikahan, Pakar Ungkap Lama Pacaran yang Ideal
Sementara itu, pada waktu yang sama Hitler juga bergabung dengan Partai Buruh Jerman.
Dia memberikan pidato yang berapi-api dan bersemangat tentang bagaimana Jerman perlu bangkit dari abu kekalahannya.
Dia menyalahkan orang-orang Yahudi, reparasi perang yang tidak adil, dan pemerintahan saat ini atas kesengsaraan negara itu.
Partai kemudian tumbuh selama tahun 1920-an, dan Hitler mengambil kendali pada 1921.
Baca Juga : Belut Raksasanya Ditawar Rp130 Juta, Pria Ini Menolak dan Memilih Melepasakannya Karena Alasan Ini
Menyadari mereka memiliki banyak kesamaan, Rohm dan Hitler menjadi teman dalam Partai Nazi muda.
Keduanya bertugas dalam Perang Dunia I dan merasa Jerman perlu mengendalikan nasibnya sendiri.
Bersama-sama, mereka memutuskan untuk mengambil tindakan yang semakin drastis untuk mengubah Jerman.
Ketika Hitler mengambil kendali Partai Buruh Jerman, ia menyatukan dan memperkuat sebuah organisasi prajurit yang dikenal sebagai Sturmabteilung (SA), atau stormtroopers berjaket cokelat, yang berbasis di Bavaria.
Organisasi paramiliter ini beroperasi di luar hukum Jerman.
Sebelum Hitler dan Rohm, kelompok ini adalah konglomerasi longgar dari beberapa faksi kecil.
Anggotanya mengambil hukum ke tangan mereka sendiri, menyebabkan masalah dan mengganggu pemerintah.
Baca Juga : Masih Suka Makan Mi Instan Campur Nasi? Hentikanlah Sekarang Juga, Akibatnya Sangat Berbahaya
Hitler menyatukan faksi-faksi yang longgar ini menjadi satu kelompok besar yang disebut SA.
Hiperinflasi dan serangkaian pemberontakan pekerja telah membuat Republik Weimar berantakan, sehingga Hitler dan dan Rohm berencana untuk mengambil keuntungan dari kelemahan ini dan menggulingkannya.
Rohm dan Hitler melihat peluang di Bavaria.
Keduanya merencanakan putsch, atau revolusi, dimulai di Munich, dengan SA sebagai penegak pemberontakan.
Baca Juga : Istri Anda Cerewet? Jangan Kesal Dulu, Ternyata Ada Banyak Manfaatnya Untuk Suami, Lo!
Pengambilalihan itu mungkin berlangsung tanpa hambatan, kecuali bahwa Hitler meninggalkan aula bir untuk mengurus bisnis lainnya.
Pagi berikutnya, polisi di Munich menangkap Hitler, Ludendorff, dan Rohm.
Pasukan militer membunuh anggota SA ketika mereka berbaris di alun-alun pemerintah kota.
Hitler menjalani hukuman lima tahun kurang dari setahun (di mana ia menghabiskan waktu menulis Mein Kampf).
Baca Juga : Pemukul Wanita yang Sedang Shalat di Samarinda Berhasil Diringkus, Ternyata Ini Motifnya
Ludendorff dan Rohm keduanya menerima hukuman percobaan di pengadilan Bavaria.
Selama sembilan tahun berikutnya, Hitler dan Röhm menjadi lebih berhati-hati dalam hal SA, meskipun Röhm pada satu titik meninggalkan Partai Nazi yang melihat hiatus singkatnya ke Bolivia sampai 1928.
Pemberontakan terhadap pemerintah di Bolivia dan keberhasilan yang terus meningkat dari Nazi di Jerman mendorong kembalinya Rohm.
Lagipula, Hitler secara pribadi meminta dia untuk kembali.
Baca Juga : Dalam 2 Hari, Ada Angin Puting Beliung dan Awan Berbentuk Tsunami di Sulawesi Selatan, Berbahayakah?
Hitler akibatnya menjadikan Rohm sebagai Kepala Staf pada tahun 1931.
Pada tahun 1932 SA telah berkembang menjadi 400.000 orang.
Hanya dua tahun kemudian, Hitler diangkat sebagai kanselir.
PENGKHIANATAN HITLER
Baca Juga : Setelah Jadi Korban 'Percobaan Medis Manusia', Para Simpanse Ini Ditelantarkan hingga Mati Kelaparan
Rohm sebagai kepala SA sekarang memerintahkan pasukan yang cukup besar yang bisa mengambil alih kapan saja.
Dia sangat kuat dan menjadi favorit Hitler, dia adalah satu-satunya Nazi senior yang memanggil Hitler dengan nama depannya ang berlawanan dengan 'Mein Fuhrer.'
Terlebih lagi, Rohm juga terbuka bahwa dirinya gay dan Hitler mengetahui hal itu tanpa merasa terganggu.
Penasihat militer Hitler, Hermann Goring dan Heinrich Himmler, dengan demikian takut akan kemungkinan kudeta dari Rohm dan mencoba untuk membuat Hitler menentangnya.
Himmler dan Goring memperingatkan Hitler tentang kekuatan Röhm yang terus tumbuh, bagaimana SA besarnya dapat menyerap militer Jerman.
Rohm bisa menggeser Hitler dengan kekuatan angka.
Lebih jauh, banyak orang di Partai tidak suka bahwa Rohm adalah seorang homoseksual dan menjaganya agar tetap dekat dapat berdampak buruk pada Hitler.
Baca Juga : Meski Tanpa Bunga, Warga Jerman Sangat Sulit untuk Berhenti Menabung, Hitler Pernah Memanfaatkannya!
Akhirnya, pada 29 Juni 1934, Hitler secara pribadi menangkap Rohm dan menawarkannya untuk bunuh diri atau mati.
Rohm menolak bunuh diri, fuhrer memerintahkan SS untuk mengeksekusinya.
Baca Juga : Ini Daftar 68 Gunung Api Aktif di Indonesia, Tak Ada Alasan untuk Turunkan Kewaspadaan