Kapten jangkung
Setelah VOC gagal membujuk beberapa orang untuk bersedia menjadi duta ke Mataram karena mereka semua takut dijadikan sandera, maka pada tahun 1652 Gubernur Jendral Carel Reinierz menunjuk E. Rykloff van Goens, seorang eerste koopman (yaitu semacam pangkat dalam hirarki VOC) pada benteng Batavia, menjadi duta Kompeni menuju Mataram.
Pada tanggal 22 September 1652 van Goens dengan memakai kapal pemburu "De Drommedaris" tiba di pelabuhan Jepara. Sedangkan Gubernur Jendral mengirimkan pula dua buah kapal barang "De Wolff dan "De Griffioen" dikawal oleh kapal perang "Overschie" menuju Jepara untuk menjaga setiap kemungkinan.
Di Jepara van Goens mencari orang yang mau menjadi perantara serta menemaninya menghadap Susuhunan Mataram. Akhirnya, dengan ditemani oleh "Tommagon Natairnawa" (Tumenggung Noto Arnowo?) van Goens tiba di ibukota Mataram tanggal 11 Oktober 1652.
Rupanya van Goens ini memang bernasib baik, karena Susuhunan tidak segera memberi perintah untuk menangkapnya.
Padahal dalam laporan yang dibuatnya pada Gubernur Jendral bertanggal 17 Nopember 1652 ketika tugasnya telah selesai, kita jumpai keterangan bahwa: Sudan beberapa hari sebelum kedatangannya itu, Susuhunan selalu murung, tidak pemah tertawa, tidak pernah berunding dengan pejabat-pejabatnya dan hanya memberikan perintah-perintah disertai nada marah.
Duta VOC yang seorang ini ternyata pandai membawakan diri dan pandai bergaul di antara para bangsawan dan penduduk ibukota Mataram, meskipun untuk itu ia memerlukan jurubahasa; dan iapun begitu dikenal luas sampai-sampai mendapat julukan de lange kapitein (kapten jangkung).
Sementara "Tommagon Natairnawa" berusaha menghubungi pejabat-pejabat terdekat Susuhunan agar dapat menghadap raja, van Goens sendiri berusaha mempelajari tata cara seseorang yang akan menghadap raja menurut adat Jawa.
Sampai-sampai iapun menghafal beberapa sikap dan ucapan untuk menanggapi amanat Susuhunan, seperti kalimat-kalimat "Inggih Nuwun" dan "Sendika Dalem" (yang artinya sama dengan "Daulat Tuanku" dalam bahasa Indonesia) dengan sikap tangan menyembah.
Berbekal pengetahuan yang diperolehnya sebagai hasil "kursus kilat" tersebut, van Goens menghadap Susuhunan Mataram dengan diantar oleh Tumenggung Anggapraya, salah seorang pembantu terdekat raja.
Hari pertama menghadap itu van Goens tidak sempat sama sekali mengutarakan sesuatu.
Namun rupa-rupanya Susuhunan secara keseluruhan sudah mengetahui apa tujuan sebenarnya kedatangannya ke ibukota Mataram itu, karena raja memberikan amanah antara lain: bahwa Karawang adalah daerah Mataram sehingga apa yang dilakukan pasukan-pasukan Mataram di sana sudah sewajarnya; bahwa penduduk Batavia makin hari makin bertambah banyak dan daerahnya makin diperlebar ke arah daerah Mataram sehingga amat berbahaya bagi Mataram; bahwa ketentuan-ketentuan yang dikeluarkannya mengenai perdagangan di pelabuhan-pelabuhan Mataram, juga peraturan-peraturan yang wajar karena daerah-daerah itu adalah miliknya.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR