Prinsip yang dipakai dalam melatih pasukannya adalah berlatih keras, bertempur dengan tenang (train hard, fight easy).
Caesar juga membentuk pasukan khusus terdiri dari 80 orang paling cakap yang diambil dari berbagai divisi.
Divisi baru ini diberi nama Legiun ke-10 (Legiun Xth). Pasukan inilah yang menjadi tulang punggung ketika Caesar menjalankan kampanye penyerbuan ke Spanyol pada tahun 61 SM.
Dengan latar belakang seperti itu, Caesar tidak berkecil hati ketika mengetahui pasukannya “Cuma” berkekuatan 20.000 prajurit.
Dengan pasukan yang ditulangpunggungi Legiun ke-10 itu, ia memulai menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya.
Tahun 58-53 SM, Caesar tercatat berhasil menguasai Helvetii, Jerman, Belgia hingga ekspedisi ke Inggris.
Puncaknya adalah mengejar sisa-sisa pasukan Galia di bawah pimpinan Vercingetorix di Alesia pada tahun 52 SM.
Pertempuran di Alesia dicatat dalam sejarah emas kemahsyuran Julius Caesar.
Diperkirakan jumlah prajurit Romawi hanya 30.000-60.000. Sedangkan pasukan Galia berjumlah 80.000.
Namun posisi pasukan Romawi yang lebih terlatih adalah sebagai penyerang, sedangkan pasukan Galia bertahan di Alesia yang merupakan bukit yang dikelilingi sungai.
Walau terdesak, sebenarnya pasukan Galia dalam posisi yang menguntungkan karena berada di daerah lebih tinggi.
Mereka juga berbaur dengan penduduk setempat. Namun, di sinilah letak kepiawaian Caesar dalam taktik perang diuji.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR