Memang, bukan cuma Ari, banyak yang tertarik memiliki unitlink lantaran manfaat combo yang ditawarkan bahkan dijanjikan. Tapi, Freddy Pieloor, perencana keuangan independen, menegaskan, konsep asuransi dan investasi beda.
Produk asuransi memberi jaminan proteksi, sementara instrumen investasi bertujuan mengembangkan dana. “Konsepnya saja berbeda, jadi tak seharusnya disatukan,” ucapnya.
Pada produk unitlink, sebagian uang yang nasabah setor digunakan sebagai premi asuransi. Sebagian lagi untuk investasi.
Namun, dengan besaran uang setoran yang sama, unitlink tidak bisa memberi uang pertanggungan dengan nilai sebesar asuransi murni. Sebaliknya, unitlinkjuga tidak bisa memberi hasil investasi sebesar produk investasi murni.
Freddy menambahkan, uang yang mesti nasabah keluarkan untuk memiliki produk unitlink juga dua kali lipat lebih mahal dibanding membeli produk asuransi murni.
“Banyak perusahaan asuransi jiwa mengenakan biaya administrasi bulanan yang lumayan besar ketika nasabah beli unitlink,” bebernya.
Instrumen investasi dalam produk unitlink kebanyakan merupakan reksadana yang dikelola manajer investasi (MI). Saat perusahaan asuransi memindahkan dana ke MI, ada biaya pengelolaan yang dibebankan peracik reksadana itu kepada nasabah unitlink.
(Baca juga: Asuransi Pendidikan Cocok untuk Orangtua yang Awam Investasi)
Bukan cuma itu, perusahaan asuransi juga mengutip biaya manajemen ke nasabah. “Nasabah dibebankan dua biaya manajemen,” ungkap Freddy.
Kala menambah dana investasi, nasabah bakal dikenakan biaya berkisar 5% dari nilai tersebut. Biaya yang tinggi ini membuat dana investasi tidak bisa tumbuh maksimal.
Menurut Freddy, imbal hasil produk unitlink juga tidak optimal karena dana nasabah dipakai untuk biaya komisi agen sebesar 30%–40%, jalan-jalan agen ke luar negeri, serta untuk atasan dan kantor agen.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR