Gambar-gambar tersebut dinilai tidak persis sama dengan individu-individu asli.
Terlebih, mereka hanya mengumpulkan gambar orang kulit putih berusia antara 18 dan 40 tahun.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ini, Chief General Officer GLAAD, Jim Halloran, mengatakan bahwa klaim AI ini sangat cacat.
Baca Juga: Georgia Bradley, Mengadopsi Anjing yang Menyelematkannya dari Dua Orang Laki-Laki di Yunani
Baca Juga: (VIDEO) Profesor Norman G. Finkelstein, Yahudi Korban Holocaust yang Begitu Gigih Membela Palestina
"Teknologi tidak dapat mengidentifikasi orientasi seksual seseorang. Namun, teknologi dapat mengenali pola dan menandai bagian kecil dari orang gay dan lesbian kulit putih di situs kencan itu," kata Halloran.
GLAAD dan HRC lebih jauh menunjukkan bahwa para peneliti hanya mengasumsikan dua orientasi seksual dan tidak menyertakan data individu biseksual.
Tapi yang lebih berbahaya, penelitian ini bahkan bisa mengancam di tangan yang salah.
"Bayangkan sejenak konsekuensi potensial jika penelitian yang salah ini digunakan untuk mendukung upaya rezim brutal menganiaya orang yang mereka percaya sebagai gay."
Shinobu Kitayama, seorang editor Journal of Personality and Social Psychology, baru-baru ini mengungkapkan bahwa makalah hasil penelitian tersebut sekarang sedang diperiksa ulang dalam tinjauan etis.
Baca Juga: Maddison Bowden, Dianggap Gila dan Aneh Ternyata Berotak Lebih Encer Dibanding Einsten dan Hawking
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR