(Baca juga: Paul Hausser, Panglima Perang Nazi yang Berani Melawan Hitler dan Kehilangan Satu Mata saat Bertempur)
Meskipun mendapat gempuran sengit, Schroner berhasil membangun pertahanan permanen di sebelah selatan Sungai Dniester, Rumania.
Pada pertempuran sengit dengan pola bergerak mundur dan kemudian membangun pertahanan, Schronner yang menjadi petinggi favorit Nazi masih saja mendapat kenaikan pangkat.
Pada bulan April 1944, Pagkat Schroner dinaikan menjadi Generaloberst dan menjabat sebagai komandan Army Group North dan kemudian Army Group Centre (1945).
Sewaktu bertempur mempertahankan wilayah Chekoslovakia, Hitler yang telah banyak kehilangan kekuatan tempur dan panglima perang, pada bulan April 1945 mengangkat Schroner sebagai Field Marshal sekaligus komandan (Commander in Chief) German Army.
Ketika Nazi Jerman menyerah pada 8 Mei 1945, Schroner merupakan salah satu panglima yang memeritahkan pasukan Jerman terus bertempur di Chekoslovakia.
Salah satu tujuan Schroner untuk terus melanjutkan pertempuran adalah untuk menembus blokade pasukan partisan Chekoslovakia dan Rusia lalu bergerak ke Eropa Barat dan selanjutnya menyerahkan diri kepada pasukan AS.
Namun karena makin terancam, Schroner memutuskan meninggalkan posnya di pegunungan Alpine lalu terbang melarikan diri menuju Austria.
Hingga PD II berakhir, Schroner yang masih bersembunyi mejadi penjahat perang yang terus diburu baik oleh militer Rusia maupun Sekutu.
Schroner akhirnya tertangkap oleh militer Rusia pada Agustus 1951, diadili, dan mendapat tuntutan hukuman selama 25 tahun.
Tapi pada tahun 1963, Schroner bebas dan tinggal di Munich hingga tahun 1973.
Sebelum meninggal pada tahun yang sama, Schroner sesungguhnya merupakan manusia yang langka dan merupakan satu-satunya Fieldmarshall yang pernah hidup pasca PD II.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR