Tapi pengemis itu lebih khawatir karena anak laki-laki itu tidak memberitahukannya tentang hal ini. Akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke tempat yang lebih baik keesokan harinya.
Malam itu, seseorang mengganggu tidur pengemis itu. Saat terbangun, ia melihat anak laki-laki itu duduk di dekatnya dan menangis. Anak laki-laki itu tampak lelah.
Rupanya, ia dikurung di dalam rumah tempatnya bekerja sebagai pelayan.
Ia tidak diberi makanan dan tidak diizinkan keluar karena majikannya mencurigai anak laki-laki itu mencuri kalung istrinya.
Setelah sepuluh hari disiksa, saat mereka menemukan kalung, mereka mengusir anak laki-laki itu dari rumah mereka.
Ternyata bukan anak laki-laki itu yang mencuri kalung, tetapi istri majikannya lupa di mana menyimpannya.
Meskipun karena kesalahan istri majikannya, tetap saja anak laki-laki itu diusir dari rumah tempat ia melayani keluarga kaya itu dengan tulus selama bertahun-tahun.
Pengemis itu mendengarkan cerita anak laki-laki itu dengan sabar. Anak laki-laki itu menangis karena ia masih tidak mengerti mengapa ia diusir dari rumah majikannya.
Pengemis itu mengerti benar emosi anak laki-laki itu. Baginya, ini adalah hal biasa dan sering kali ia saksikan.
Ia menyarankan pada anak laki-laki itu untuk tidak khawatir dan ia berjanji akan membawa anak laki-laki itu keesokan harinya.
Hari berikutnya, pengemis itu membawa anak laki-laki itu bersamanya dan memberinya makan. Setelah selesai sarapan, mereka berangkat ke tempat yang baru untuk mencari pengalaman baru.
Belakangan terdengar, anak laki-laki itu sudah menemukan rumah baru untuk dilayaninya.
Sementara, pengemis itu tinggal di sebuah tempat di sekitar rumah majikan anak laki-laki itu untuk mengawasi anak laki-laki itu.
Ya, hidup adalah perjalanan yang panjang. Kita tidak tahu siapa yang akan mendukung kita saat membutuhkan.
Maka, perlakukan semua orang dengan baik, ini adalah tabungan penting kita untuk masa depan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR