Selain itu, ia masih mempunyai beberapa karya balet seperti Facsimile (1946) serta Fancy Free dan menulis buku-buku tuntunan musik.
Di antaranya The Joy of Music (1959) serta Young People's Concerts for Reading and Listening (1962).
Ternyata biseksual
Di balik kesuksesan dan kegeniusannya bermain musik, kehidupan Bernstein sebenarnya juga menyimpan misteri.
Sisi lain Bernstein itu antara lain terungkap dalam buku Joan Peyser, Bernstein: A Biography.
(Baca juga: Bukan Aktor Film Amerika apalagi Pemeran Drama Korea, Inilah Bintang Film Terbesar di Dunia Menurut Forbes)
Satu hal yang mungkin mengagetkan banyak orang adalah kenyataan bahwa pergaulan Bernstein dengan kaum sejenisnya sudah menjadi rahasia umum di kalangan rekan-rekan sekomunitas musik.
Seorang komposer terkemuka AS, David Diamond, yang juga seorang homoseksual, mengaku, Bernstein pernah pacaran dengan hampir semua teman lelakinya.
Namun demikian, Bernstein juga menikmati kehidupan berumah tangga. Tahun 1951 ia menikahi artis kelahiran Chili, Felicia Montealegre Cohn.
Pasangan ini dianugerahi tiga anak; Jamie (36) seorang musisi rock, Alexander (33) seorang guru, serta Nina (29) seorang artis.
Felicia bukan tidak tahu penyelewengan seksual suaminya, tapi ia amat mencintai Bernstein dan memberikan keleluasaan kepadanya.
Untuk beberapa tahun Bernstein bisa mengekang diri, tetapi dalam perjalanan hidupnya kemudian, ia semakin terpuruk ke dalam kehidupan seksual yang aneh.
Ia bahkan ikut terlibat dalam gerakan pembebasan kaum homoseksual. Kematian ayahnya pada tahun 1970-an membuat Bernstein seperti kehilangan pegangan.
Sejak itu hubungannya dengan Felicia mulai terganggu dan retak. Meski akhirnya pasangan ini bercerai pada tahun 1976, tepat 25 tahun usia perkawinannya, Bernstein tetap dekat dengan mantan isterinya.
Sehingga ketika Felicia meninggal tahun 1978 akibat kanker paru-paru, Bernstein merasa amat terpukul.
Toh, ia masih terus bertarung. Komitmennya memperjuangkan prinsip-prinsip liberalisme disinggung oleh Tom Wolfe dalam buku Radical Chic.
Ketika Tembok Berlin runtuh, ia tergerak untuk datang ke Jerman dan memimpin pergelaran Ninth yang bernafaskan kebebasan.
Itulah Bernstein. Komposer ulung sekaligus konduktor yang sangat berbakat. Ia tak hanya menguasai panggung Broadway, tapi juga "Sang Penguasa" yang amat berpengaruh dalam dunia musik konser.
(Baca juga: Untuk Kesuksesan Operasinya, Musisi India Terus Bermain Musik Meski Sedang Menjalani Operasi)
Sang genius itu sudah berpulang. Kepergiannya merupakan kehilangan besar di kalangan musisi serta keluarganya.
Mungkin tak bisa dibayangkan, seorang yang begitu dinamis, berbakat dan memiliki energi melimpah ruah harus menyerah begitu saja kepada penyakitnya.
Namun, takdir berkata lain. Ia harus kembali kepada Penciptanya, meski masih tetap ada yang terus hidup.
Seperti diyakini Bernstein, "Musik membuat saya tidak bisa mati." (djs)
(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 1991)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR