Advertorial
Intisari-Online.com -Darryl F. Zanuck adalah seorang legenda di industri perfilman Hollywood. Kepopuleran tidak hanya disebabkan film-film yang ia buat, tapi oleh sebab lain.
Menurut bukut The Zanuck of Hollywood: The Dark Legacy of a American Dynasty karya Marlys Harris, Zanuck disebut bisa menidurkan aktris di sofa kantornya lebih cepat dibanding kredit yang biasa muncul di akhir film.
Jam “tidur”-nya juga sudah diatur sedemikian rupa. Pada pukul 16.00, setiap hari, studi Fox Century City akan ditutup sementara Zanuck membawa seorang perempuan muda melalui lorong bawah tanah menuju ruangannya yang berpanel hijau.
(Baca juga:Kisah Seorang Ayah Menyelamatkan Putrinya dari Predator Seksual yang Bertemu Secara Online)
“Siapa pun di studio tahu tentang acara sore hari itu,” tulis Harris. “Ia tidak pernah serius dengan perempuan mana pun. Baginya, mereka hanyalah jeda yang menyenangkan di siang hari—seperti polo, makan siang, dan guyon-guyon murahan.”
Pada 1937, Zanuck memenangkan Academy of Motion Picture Arts. Sebuah penghargaan yang bergengsi saat itu.
Pada dekade yang sama, Variety untuk pertama kalinya menggunakan istilah “Sofa Casting” untuk menggambarkan penyalahgunaan wewenang yang biasa dilakukan Zanuck dan eksekutif Hollywood lainnya.
Bertahun-tahun kemudian, pada 1975, Newsweek menaikkan artikel berjudul “The Casting Couch” di mana penulis mengutip kata-kata dari sebuah plakat di atas sofa kantor rumah produksi Tinseltown pada 1950-an: “Jangan lupa, Sayang, esok kau akan menjadi bintang.”
Majalah itu menulis: “Bintang-bintang muda baru tidak lagi menerima seks berdasarkan permintaan.”
Dan hingga sekarang, keadaannya tidak banyak berubah.
Dalam dua minggu terakhir, lebih dari 30 perempun telah tampil ke muka. Mereka bercerita telah menjadi korban peleceha seksual, selama tiga dekade terakhir, oleh produser kondang Harvey Weinstein.
Bintang yang paling bersinar di zamannya, Marilyn Monroe, pernah menulis dalam sebuah memoarnya:
“Aku bertemu mereka semua. Kejayaan dan kegagalan ada di tangan mereka semua. Tapi mereka sangat dekat dengan film yang Anda dapatkan. Jadi Anda duduk bersama mereka, mendengarkan kebohongan dan rencana mereka. Anda bisa melihat Hollywood dari mata mereka—sebuah rumah bordil yang begitu sesak, sebuah tempat komidi putar dengan tempat tidur untuk kuda.”Dan Monroe sepertinya bukan satu-satunya.
(Baca juga:Hati-hati! Korban Pelecehan Seksual di Masa Kecil Berpotensi Alami Kecanduan Seks saat Dewasa)
Aktris Joan Crawford, yang memulai kebintangannya pada 1920-an dengan menari telanjang, baru memulai kariernya setelah tidur dengan setiap laki-laki di MGM—kecuali Lassie, saingan terbesar Bette Davis.
“Bahkan di puncak karier Crawford, rumor terus berlanjut mengenai bagiamana ibunya yang begitu ia benci memaksanya bekerja sebagai pelacur, membuat film biru yang mengantarnya ke puncak,” tulis ReelRundown.com.
Seperti Zanuck, pemimpin lama 20th Century Fox, cara penyimpangan yang lazim terjadi pada bisnis MGM juga datang langsung dari atas.
Menurut sebuah artikel yang baru-baru ini muncul di Telegraph Inggris, kepala studi MGM Louis B. Mayer, kerap meneror para perempuan Hollywood jauh sebelum Harvey Weinsten melalukannya.
Masih dalam artikel yang sama disebutkan, Mayer pernah mengarahkan Judy Garland yang masih 16 tahun duduk di pangkuannya, lalu memeluk dadanya dari belakang sembari mengatakan, “Kau bernyanyi dari hati.”
Itu adalah anekdot paling menyeramkan yang pernah diingat oleh Garland dalam sebuah memoarnya.
Dan Shirley Temple yang masih 11 tahun pernah melihat penis milik produser MGM Arthur Freed yang memelorotkan celananya saat rapat. Karena tertawa terbahak-bahak, Temple pun diusir dari ruangan.
Monroe termasuk salah satu selebritas Hollywood yang diduga pernah mendapatkan pelecehan seksual dari managemen MGM.
Pada 1950-an, pernah ada usaha berani untuk mengekspos kasus “sofa casting” ini ke publik. Upaya ini diinisiasi oleh dua penulis majalah yang punya basis penggemar di Inggris.
Mereka mengeluarkan laporan kasus itu dalam empat bagian yang disebut dengan “The Perils of Show Business”. Kisah mereka ini dipenuhi dengan sumber-sumber on-the-record yang sama yang akan membuat Weinstein menjadi tertuduh 60 tahun kemudian.
“Ini adalah cerita paling menyedihkan yang pernah kami tulis,” tulis mereka.
“Selama berminggu-minggu, kami melakukan penyelidikan—di atas meja makan siang, di studio, dan dari kedalaman kursi yang nyaman. Secara bertahap, kami telah membuat satu berkas informasi, yang menurut kami merupakan bekas luka bopeng di wajah glamor bisnis pertunjukan.”
Sementara beberapa aktris yang menjadi narasumber seperti Joy Webster, Dorinda Steven, Anne Heywood, dan Marigold Russell, beberapa pelaku pelecehan seksual masih anonim hingga sekarang.
Russell yang berperan minor dalam film sepeti The Bells of St. Trinians mengatakan bahwa para gadis yang ingin masuk ke Hollywood akan melewati serangkaian “peraturan” dengan harapan dapat mencegah terhjadinya pelecehan seksual yang tak diinginkan.
“Satu: bila Anda membicarakan bisnis, langsung ke kantor—pad jam kantor. Dua: rujuk undangan dan penawaran ke agen Anda. Tiga: jangan berikan nomor telepon rumah Anda, berikan punya agen,” ujarnya.
Tapi sofa casting tidak hanya terjadi pada aktris-aktris lama.
(Baca juga:Analisis Menunjukkan bahwa Ketidaksetaraan Gender Masih Tergambar Jelas dalam Film Hollywood)
Pemenang Oscar Dame Helen Mirren, yang mendapat hormat di mana-mana, mengatakan bahwa pada 1964, saat usianya masih 19 tahun, ia merupakan salah satu “mainan” sutradara Michael Winner.
Mirren, sekarang 72 tahun, mengatakan bahwa ia tidak akan pernah melupakan bagaimana, saat audisi, Winner membuatnya memamerkan tubuhnya sementara ia berkerling.
“Saya merasa malu dan sangat marah,” katanya kepada Richard Madeley dan Judy Finnigan dalam sebuah wawancara televisi tahun 2007 lalu.
“Saya pikir itu penghinaan dan seksis, dan saya tidak berpikir ada aktris yang harus melakukan hal itu—laiknya sepotong daging.”
Laiknya Weinstein yang menganggap remeh aksinya, Winner, kepada The Guardian, bilang bahwa ia tidak ingat pernah memerintahkan Mirren untuk membalikkan badan—tapi “jika saya melakukannya, itu tidak serius.”
“Saya hanya melakukan apa yang diminta agen (casting), dan untuk itu saya dicerca?” hardiknya kepada wartawan. “Helen adalah orang yang baik, aktris berbakat, dan saya penggemarnya, tapi ingatannya saat itu sedikit kacau.”
Aktris Joan Colling, yang pernah diperingatkan Monroe tentang “serigala” di Hollywood, juga menulis dalam memoarnya bahwa ia pernah kehilangan peran dalam Cleopatra tahun 1963 karena ia tidak mau tidur dengan Buddy Adler, kepala 20th Century Fox.
Cerita lainnya juga lebih gelap.
(Baca juga:Ryan Hammons, Mengaku sebagai Reinkarnasi Marty Martyn Aktor Hollywood 1930-an)
Sutradara Rosemary’s Baby Roman Polanski awlanya mendapat banyak simpati saat istrinya yang sedang hamil Sharon Tate dibunuh pada 1969.
Tapi kemudian muncul bukti-bukti bagaimana ia memberi sampanye dan Quaaludes kepada aktris berusia 13 tahun yang tengah mengejar cita-citanya sebelum berhubungan seks dengannya selama pengambilan foto tahun 1977.
Perlu waktu bertahun-tahun agar pelecehan semacam itu terungkap, dan ini, bagaimanapun juga, membuat para korban diam-diam sangat menderita.