Tapi khusus aksi penembakan brutal yang terjadi di Las Vegas seharusnya bisa dicegah karena Paddock yang membawa lebih 20 senapan serbu ke kamar hotel Mandalay Bay sebenarnya mudah dideteksi oleh petugas keamanan.
Paddock pasti berulang kali masuk keluar hotel dengan barang bawaan yang patut dicurigai.
Pasalnya hampir semua warga AS di Las Vegas paham betul beragam senjata api dan meskipun senjata itu tidak dibawa dalam tas khusus senjata, adanya senjata api laras panjang di dalam tas biasanya mudah diketahui berdasarkan naluri.
Apalagi Paddock juga sempat memasang kamera pengintai dan mengatur kamarnya seperti “benteng pertahanan”, tapi anehnya ulah tak lazim Paddock itu ternyata bisa lolos dari pengawasan petugas hotel.
Lalu bagaimana petugas hotel yang biasa melakukan pengecekan atau membersihkan kamar setiap hari sampai tidak tahu atau curiga?
Pada titik ini Paddock memang menjadi orang yang mujur karena bisa dikatakan telah berhasil mengelabuhi petugas hotel.
Apalagi dengan tampangnya yang “sudah kakek-kakek”, Paddock memang tidak layak dicurigai sebagai seorang “teroris”.
Kelihaian Paddock dalam upaya mengelabuhi petugas hotel itulah yang menjadi pemicu terjadinya penembakan brutal di Las Vegas karena fungsi intelijen di tingkat terbawah ternyata tidak bisa berjalan normal.
Dalam proses kerjanya para agen CIA atau FBI memang hanya akan bisa maksimal jika mendapat laporan atau bantuan dari orang-orang yang bekerja “rendahan” seperti karyawan hotel, karyawan bandar udara, stasiun-stasiun kereta api, sopir taksi, dan lainnya.
(Baca juga: Berkebalikan dengan Donald Trump, CIA Sebut Kim Jong-un sebagai Presiden yang Waras)
Jika perangkat intelijen terbawah itu tidak berfungsi maka para agen CIA dan FBI hanya seperti macan ompong dan lemah.
Pasalnya mereka sama sekali menjadi tidak berdaya untuk mengantisipasi aksi terorisme yang terjadi di dalam negeri sendiri.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR