Demi mendorong agar Bung Karno “makin komunis”, pemerintah AS sengaja melakukan embargo persenjataan.
Padahal di tahun itu (1962-1963) pemerintah sedang membutuhkan banyak senjata untuk mendukung Operasi Trikora demi membebaskan Irian Barat.
Akhirnya pemerintah Indonesia terpaksa membeli persenjataan dari Rusia sehingga Indonesia pun seolah-olah sudah menjadi negara yang berpihak kepada Rusia.
CIA pun mulai menjalankan skenario yang telah disusunnya secara matang.
Sebelum meletus G30S yakni setelah terdengar berita secara verbal bahwa Bung Karno telah menunjuk Letjen Ahmad Yani sebagai calon penggantinya, jika kesehatan Bung Karno yang mengidap pengakit ginjal terus menurun.
Sejak itu mulai timbul di gejolak dan terdengar isu seolah-olah ada suatu gerakan yang disebut Dewan Jenderal yang akan melancarkan kudeta kepada Bung Karno.
Akibatnya isu Dewan Jenderal yang sebenarnya dihembuskan oleh CIA melalui tokoh-tokoh militer dan PKI yang berhasil direkrut memunculkan reaksi berupa G30S yang mengakibatkan gugurnya tujuh Pahlawan Revolusi.
Aksi G30S yang didalangi Letkol Untung yang juga merupakan salah satu komandan batalyon pasukan Tjakrabirawa, lalu mendeklarasikan berdirinya Dewan Revolusi dengan dalih untuk menyelamatkan RI dan Bung Karno.
Letkol Untung juga menempatkan dirinya sebagai Ketua, sementara pemerintahan saat itu masih sah di bawah pimpinan Bung Karno.
Kondisi seperti itu jelas membingungkan rakyat Indonesia dan TNI.
Dalam kondisi chaos seperti itu, munculah counter movement dari pasukan Kostrad di bawah pimpinan Mayjen Soeharto.
Manuver militer Soeharto itu sengaja dilakukan tanpa persetujuan dari KASAD, karena saat itu KASAD Jenderal Ahmad Yani telah menjadi korban G30S dan peristiwa G30S harus segera dibereskan secepat mungkin.
Akhirnya gerakan G30S di bawah pimpinan Letkol Untung dapat ditumpas tetapi kondisi di Indonesia tetap makin kacau karena tindakan Mayjen Soeharto bersama pasukannya serta rakyat Indonesia yang anti PKI demi melakukan operasi pembersihan PKI terus berlanjut.
Operasi CIA untuk menjatuhkan Bung Karno pun terus berlanjut dengan cara mengkambinghitamkan Bung Karno di mata rakyat dengan membuat kesan bahwa seolah-olah Bung Karno terlibat dalam peristiwa pemunuhan para jendaral yang dilakukan oleh Letkol Untung dan komplotannya.
Upaya mengkambinghitamkan Bung Karno telah terlibat dalam G30S itu bahkan terus berhembus hingga sekarang dan “hantu” bangkitnya kembali PKI telah menjadi alat efektif pihak ketiga, bisa saja CIA, untuk memecah belah bangsa Indonesia.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR