Uang itu rupanya gajinya yang dikumpulkannya selama tugas Dwikora. Dari dolar uang itu dirupiahkannya, sehingga kelihatan banyak.
Jika ingat waktu menikah, Roos selalu ingat pada saat ia saling bertangisan dengan almarhum.
Ada satu hal yang tidak pernah bisa saya lupakan pada waktu pernikahan saya itu. Sebagai kakak tentu saja Pierre menasihati saya.
Ia juga menanyakan apakah saya memang sudah siap untuk berumah tangga. Saya menikah pada tanggal 2 Juli 1965. Ketika harus mehandatangani surat nikah, Pierre menangis memeluk saya dan saya pun menangis di dadanya.
Untuk beberapa saat saya tidak sanggup menandatangani surat nikah itu. Kepada suami saya ia mengatakan, "Mas, aku titip adikku dan tolong jaga dia." Itulah terakhir kalinya saya bertemu Pierre.
Mitzi, kakak Pierre, masih sempat bertemu adik laki-lakinya sebulan sebelum peristiwa berdarah itu terjadi.
Pada waktu itu saya akan kembali ke Semarang, dan Pierre mengantar saya ke Stasiun Gambir. Ketika dia mencium saya, pipinya terasa dingin, karena waktu itu masih pagi.
Pierre mengenakan celana hijau dari bahan tetoron dengan kemeja berwarna kecoklatan. Saya tak akan pernah melupakan lambaian tangannya, ketika kereta yang saya tumpangi mulai bergerak menjauh.
Rupanya itulah lambaian tangan terakhir sebagai tanda perpisahan kami selama-lamanya. Namun, melalui telepon kami masih sempat berhubungan satu kali lagi.
Menurut penuturan seseorang kemudian, pada petang hari tanggal 30 September itu Pierre masih sempat melihat sebuah pavilyun yang akan dikontrakkan di Jl. Jambu.
Waktu itu dia sudah merencanakan untuk berumah tangga. Pierre memang sudah lama menjalin cinta dengan seorang gadis Jawa yang besar dan tinggal di Medan. Gadis itu dikenalnya ketika la bertugas di sana.
Mengenai hubungan cintanya Pierre menulis surat kepada saya dalam bahasa Jawa, "Mitz, aku wis ketemu jodoku. Wis yo Mitz, dongakake wae mugo-mugo kelakon (Mitz, aku sudah menemukan jodohku. Sudahlah, doakan saja mudah-mudahan tercapai)."
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR