Advertorial

Begini Cara Menghadapi Si Pengkhianat yang Mencurangi Hidup Kita

Moh Habib Asyhad

Editor

Jika hati dan kepercayaan sudah dihancurkan oleh pengkhianatan, bagaimana kita bisa merasakan kehidupan yang normal kembali?
Jika hati dan kepercayaan sudah dihancurkan oleh pengkhianatan, bagaimana kita bisa merasakan kehidupan yang normal kembali?

Intisari-online.com -Pengkhianatan adalah salah satu pengalaman paling sakit yang dapat dialami oleh manusia.

Mendapati bahwa seseorang yang begitu kita kasihi dan percayai mencurangi hidup kita, biasanya meninggalkan luka yang begitu berbekas dalam hati kita.

Ketika mendengar kata “khianat” kemungkinan besar kita berpikir soal “perselingkuhan”.

(Baca juga:Dendam Orang Kerdil yang Sudah Mati Karena Merasa Dikhianati)

Namun sebetulnya pengkhianatan dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Entah itu diabaikan, dijadikan bahan gosip, direndahkan, dibohongi, dll. juga termasuk dalam pengkhianatan.

Aspek yang menghancurkan, menurut laman Psychologytoday.com adalah, ketika kita dikhianati kita menjadi kehilangan kesadaran akan realitas yang nyata, Kita merasa kepercayaan kita yang utuh dan solid, runtuh seketika.

Kita merasa hancur dan mulai bertanya: mengapa? bagaimana hal ini bisa terjadi? mengapa ia tega melakukannya?

Rumitnya, ketika kita dikhianati, kita hanya diberikan dua pilihan untuk merespons: Menghadapi atau menghindari.

Ketika menghadapi, kita sering dihadapkan pada kebingungan.

Misalnya; haruskah aku memaafkan dia? Haruskah aku mengakhiri hubungan saja? Haruskah aku menunggu waktu untuk pulih dan membangun kembali rasa percaya itu padanya?

Misalnya, ketika pasangan berkhianat. Kita masih mencintainya dan si pasangan juga mengakui kesalahannya. Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana jika ia berkhianat lagi setelah kita memaafkannya?

Nah, ketimbang berandai-andai dan bertindak gegabah. Sebaiknya kita memberi waktu untuk diri kita sendiri untuk merenungkan perasaan kita sendiri.

Sehingga dari situ kita bisa memahami respons apa yang seharusnya kita lakukan setelah pengkhianatan itu.

Betul, pengakuan salah dari orang yang berkhianat juga sedikit dapat mengobati sakit hati. Dari situ, cobalah juga untuk melihat kembali, siapa tahu dibutuhkan konselor atau mediator untuk memperbaiki kembali hubungan.

Sebagai korban pengkhiatan, tak boleh pula menarik diri, sebaiknya ungkapkan apa yang kita rasakan dan alami secara terbuka. Jika kita takut, terluka, atau bahkan merasa direndahkan.

Pada kasus pengkhiatan dalam hubungan, situasi ini dapat menjadi pengalaman dan pelajaran berharga bagi kita untuk menjadi lebih kuat.

Jadikan peristiwa tersebut menolong kita untuk menjadi lebih dewasa dan bijaksana.

(Baca juga:Mirip Film, Kisah Perjuangan Seorang Pengkhianat Negara untuk Selamatkan Istri dan Anaknya)

Jangan biarkan diri kita tenggelam dalam penyesalan dan rasa benci, sebaiknya sembuhkan dan pulihkan diri kita dari sakit hati itu.

Mengalami pengkhianatan mengajari kita untuk mengenali kerapuhan dan kekuatan diri kita.

Dan, kita dapat belajar untuk lebih mengenal diri dan menolong diri kita mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Artikel Terkait