Advertorial
Intisari-Online.com—Relasi ayah dan anak tidak selamanya baik-baik saja.
Terkadang terjadi hubungan yang canggung, kurang harmonis, kehilangan figur ayah, bahkan putus hubungan.
Penyebabnya tidak tunggal, banyak faktor yang mempengaruhi hubungan anak dan ayah tidak begitu manis.
Sehingga bagi anak, sulit rasanya untuk menghargai keberadaan ayah dalam hidupnya.
Apalagi jika relasi dengan sang ayah hanya dipenuhi dengan kisah-kisah pahit.
Terlepas apapun masalah dalam relasi itu, apakah mungkin untuk tetap menghargai kehadiran ayah dalam hidup kita? Sejujurnya, mungkin saja.
Laman psychologytoday menyebutkan, walaupun ayah kita tidak hebat, ia tetaplah orang yang berpengaruh dalam kehidupan kita.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa ketimbang membenci bahkan mengabaikan ayah yang kita anggap tidak baik, alangkah baiknya belajar untuk mensyukuri kehadiran mereka dalam hidup kita.
Konsep ini mungkin terasa sulit untuk diterima, karena hati kita dipenuhi rasa tidak suka pada ayah karena sikap/perilaku/perbuatannya yang mengecewakan kita.
Rasanya tidak mungkin mensyukuri keberadaannya di saat yang sebetulnya kita inginkan adalah perubahan ayah kita.
Kita mungkin dapat mengambil pelajaran dari beberapa cerita berikut:
Kisah pertama
Bulan lalu paman saya masuk rumah sakit karena sakit kanker pankreas stadium akhir, sungguh kabar yang buruk.
Namun lebih buruk lagi, karena paman menutupi masalah sakitnya pada keluarga, hingga rumah sakit menelepon.
Ternyata, salah satu alasan mengapa ia tidak mengabari keluarga adalah harga dirinya yang tinggi.
Selama ini paman tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya.
Ia kecanduan alkohol, meninggalkan istri dan anak-anaknya, tidak menafkahi keluarganya, bahkan tidak hadir dalam pernikahan anaknya.
Buruknya lagi, ketika anak bungsunya berjuang melawan sakit bertahun-tahun di rumah sakit, ia tidak pernah mengunjungi satu kalipun.
Daftar kesalahannya begitu banyak.
Alasan kedua, ia tidak memberitahukan kondisinya pada keluarga adalah karena ia menyadari bahwa dirinya sudah sangat menyakiti keluarga.
Dan dia tahu betapa bencinya keluarga kepadanya.
Tapi walaupun begitu, keluarga tetap mau datang mengunjunginya.
Di situlah, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, melihat kedua sepupu saya merawat ayahnya dengan penuh kasih seorang anak.
Saat itu, di detik-detik terakhir hidup paman saya, ia memegang tangan mantan istrinya penuh haru, berharap kehidupan keluarga yang pernah diabaikannya itu akan hidup lebih baik setelah ia meninggal.
Saya tidak berkata bahwa sepupu-sepupu saya bersyukur atas semua perbuatan jahat ayahnya, namun ketika saya melihat apa yang mereka lakukan, saya bisa melihat betapa hebatnya karakter mereka berdua.
Ya, pengalaman buruk yang mereka alami dengan ayah yang mengecewakan rupanya membentuk mereka menjadi pribadi yang kuat dan penuh maaf.
Kisah kedua
Ayah saya meninggalkan kami ketika saya berumur 16 tahun dan saya pun meninggalkan rumah setelah lulus sekolah.
Saya bergaul dengan pergaulan yang buruk, berkencan dengan sembarang pria.
Saya merasa tidak layak dan berharga, pengalaman ditinggalkan ayah membuat hidup saya menjadi buruk.
Hingga saya bertemu dengan Louie, seorang guru dan konselor yang selalu menunjukkan sisi positif dalam diri saya.
Dia berkata bahwa saya orang yang baik, cerdas, bahkan hebat.
Hal-hal yang tidak pernah saya dengan dar orang lain sebelumnya.
Saya pun berpikir Louie mungkin saja sudah gila, bagaimana mungkin dia memuji perempuan hina seperti saya.
Namun akhirnya saya belajar apa itu penerimaan dan menghargai diri sendiri melalui Louie.
Dari situ saya menyadari, bahwa jika ayah tidak meninggalkan kami, saya tidak akan pernah mengalami pengalaman hidup yang diubahkan ketika bertemu Louie.
Bukannya saya mensyukuri perbuatan ayah, namun saya merasa jalan hidup saya akhirnya berubah karena adanya peristiwa itu.
Dan saya bersyukur untuk itu.
Menyukuri kehadiran ayah atau keberadaan ayah bukan berarti memaklumi perbuatannya yang jahat atau malah meremehkan sakit hati yang pernah dialami.
Namun, kita selalu memiliki pilihan untuk menjalani kehidupan ini.
Dengan pengampunan dan rasa syukur, sekalipun ayah kita bukanlah ayah yang hebat, kita bisa mempelajari makna mengasihi.
Jika relasi buruk telanjur terjadi, ketika ia masih ada, hubungan dengan ayah layak untuk diperjuangkan dan diperbaiki.
Namun jika ia sudah tidak ada atau ia tidak mau berubah, saatnya untuk melangkah ke depan.
Lepaskan pengampunan dan lupakan semua kenangan pahit yang ada. Ingatlah, Anda layak hidup bahagia!